Komitmen PT PLN UIW Babel Dukung Transformasi Pembangunan Energi Baru Menuju Masyarakat Sehat, Maju & Mandiri
GM PLN UIW Babel Dini Sulistyawati meninjau lokasi pembibitan pohon penghijauan. --Foto Lia
Dengan semakin banyak masyarakat yang tertarik memberikan shodakoh sampahnya, maka juga perlu diantisipasi agar jangan sampai membludak jumlah sampah dari masyarakat, sehingga kami menjalin komunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pangkalpinang untuk memanfaatkan sarana mobil sampah pink yang disediakan Pemkot Pangkalpinang yang sewaktu-waktu bisa membantu mengambil sampah tersebut untuk diangkut ke bank sampah milik DLH Pangkalpinang.
Atas dedikasinya, Komunitas Shodaqoh Sampah Al Aziroeh pun juga apresiasi dan penghargaan dari Pemerintah Kota Pangkalpinang. Dalam berbagai aksi menjaga kebersihan Kota Pangkalpinang yang dilaksanakan oleh Pemkot Pangkalpinang, maka pasukan Shodaqoh Sampah Al- Aziroeh ini juga tak pernah absen.
“Jadi tugas para ustadzah ini, bukan cuma ngajar mengaji anak-anak saja, tetapi juga ngumpul sampah, memilah sampah dan tempatnya tetap di TPA ini juga, dari botol-botol bekas itu ada sebagian yang kami jual ke pengepul, sehingga kami bisa mendapatkan dana tambahan untuk operasional kita di TPA sehari-hari” kata Maulia yang juga merupakan kader aktif pengurus Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Bangka Belitung ini.
Selain bergelut dengan kegiatan persampahan, Maulia juga bercerita bahwa pada November 2022, pihaknya mendapatkan undangan bersama pengurus PWA Babel untuk mengikuti pelatihan Program Kotaku yang digelar oleh Dinas PUPR Babel. Melalui pelatihan ini para peserta juga diberikan banyak bekal ilmu, dan salah satunya pelatihan pembuatan sabun cuci dari bahan minyak jelantah (minyak goreng bekas pakai).
Dengan ilmu yang didapatkan, Maulia Suryani beserta kawan-kawan di PWA Babel akhirnya juga mempraktekan pembuatan produk sabun ini. Menariknya, ilmu pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah ini juga diteruskan kepara para ustadzah yang mengajar di TPA Al-Aziroeh Selindung, dengan mulai mengumpulkan minyak jelantah dari rumah masing-masing dan masyarakat sekitar TPA Al Aziroeh Selindung.
”Alhamdulilah ternyata langkah kami ini juga diapresiasi para orang tua santri dan masyarakat, karena mereka justeru ikut menyumbangkan minyak jelantahnya kepada kami. Hasil shodaqoh minyak jelantah ini kami tampung menggunakan bekas-bekas botol plastik yang masih bagus dan sudah bersih dari sumbangan shoadaqoh sampah” ujar wanita kelahiran Palembang 11 Juni 1968 ini.
Sejak saat itu, usaha pembuatan sabun cuci tersebut dijalankan dan menghasilkan produk dengan nama brand Sabun Mijel Al- Aziroeh. Produksi sabun pun memang hanya dilakukan setiap hari Jumat Barokah, dikarekan aktivitas belajar mengajar TPA yang full dari Senin – Kamis.
Proses pembuatan sabun cuci dari bahan minyak goreng bekas.--Foto: ist
Alhasil produk sabun cuci Mijel Al-Aziroeh ini pun terus kami promosikan sejak awal 2023 kepada orang tua santri TPA melalu media sosial seperti aplikasi group what`up (WA), instragram dan sejenisnya. Upaya ini pun cukup banyak di follow hingga ke masyarakat luar lingkungan TPA yang ikut melakukan pemesanan produk sabun mijel Al-Aziroeh. Sebagian lagi dipasarkan di sejumlah tokoh kelontong dengan harga Rp. 4000 – 5000 per pcs.
“Alhamdulillah responnya konsumen bagus, ya walaupun awalnya mereka mungkin hanya kasihan, karena para ustadzahnya juga nyambi ngumpul sampah sampai buat sabun. Tapi dari berbagai testimoni produk yang kami lakukan dan diakui masyarakat, hasilnya sabun Mijel Al-Aziroeh ini cukup efektif untuk membersihkan seperti kaos-kaos kaki anak sekolah yang kotor, kerah baju yang berdaki panci hitam kotor dan sebagainya,” ujar Sarjana Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang ini.
Sebagai kader aktif Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Bangka Belitung Maulia mengaku juga terkadang sering diikutsertakan dalam pelatihan atau kegiatan yang dilakukan oleh Pimpinan Pusat Aisyiah di berbagai daerah di Indonesia. Sehingga dalam berbagai kegiatan pengajian di dalam daerah maupun pelatihan di luar daerah, sabun Mijel Al Aziroeh ini selalu rutin dibawa dan dipromosikan kepada peserta rapat atau pelatihan maupun ke khalayak lebih luas. “Seperti beberapa waktu lalu saya juga mempromosikan produk ini kepada jajaran petinggi pengurus Aisyiyah pusat, yang sedang mengadakan kegiatan di Jakarta, dan responnya Alhamdulilah bagus” tambah Maulia.
Melalui upaya yang dilakukan ini, Maulia berharap ke depan ini semua dapat berkembang menjadi amal usaha berkelanjutan bagi Yayasan TPA Al-Aziroeh Selindung. Sehingga para ustadzah yang mengajar di TPA ini dapat terus tumbuh menjadi wanita-wanita soleha sebagai sumberdaya manusia yang kreatif dan berkemandirian dalam bidang ekonomi.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam satu kali produksi, para ustadzah Al- Aziroeh bisa menghasilkan sebanyak 60 pcs sabun cuci multifungsi ini. Namun diakui Maulia juga bahwa sabun cuci mijel ini masih punya kelemahan karena harus didiamkan dulu selama 2 bulan, baru bisa dijual dan dipergunakan oleh konsumen.
Hal ini perlu disimpan karena produk ini, salah satu bahannya masih menggunakan natrium hidroksida yang juga dikenal sebagai lindi (lye) dan soda kaustik atau soda api, sebagai suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini harus mendapatkan perlakukan maksimal sebelum digunakan, sehingga masyarakat dijamin aman menggunakannya dan bebas dari bahaya yang tidak inginkan.
“Dengan melihat respon positif dari para konsumen, mungkin saja ke depannya, kita untuk mendapatkan bahan baku berupa minyak jelantah ini, Yayasan Al-Aziroeh tidak bisa hanya mengandalkan dari hasil shodaqoh warga, tetapi juga harus effort lebih luas, termasuk dengan membeli mijel dari pihak terkait lainnya. Karena menjaga ketahanan usaha dalam kemandirian merupakan hal yang harus dijaga komitmennya,” terang istri dari Dosen Universitas Bangka Belitung (UBB), Ismed Inonu ini sembari menunjukan cara pembuatan produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: