Buzzer dan Influencer, Antara Sensasi dan Fungsi dalam Dunia Digital
--
Tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada sebagian buzzer dan influencer yang mengedepankan sensasi untuk menarik perhatian. Konten yang kontroversial, drama, dan berita viral sering kali menjadi alat utama mereka. Sensasi ini memang efektif dalam menarik engagement tinggi, tetapi apakah hal ini memberikan dampak positif bagi masyarakat?
BACA JUGA:Pongok Trail Run 2024 Siap Digelar 7 Juli 2024, Bupati Riza: Ayo Ramaikan!
Menurut laporan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi pada tahun 2024, pemerintah telah menghapus 1.923 hoaks terkait Pemilu 2024 yang tersebar di media sosial. Hampir 92 persen dari informasi palsu ini dibuat oleh para buzzer. Menanggapi hal ini, peneliti dari Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Mohammad Rinaldi Camil, menekankan pentingnya edukasi publik di tengah fenomena buzzer di media sosial. Upaya ini diperlukan untuk membangun jaringan pesan yang kuat guna melawan buzzer yang memanipulasi opini publik.
BACA JUGA:Pengaruh Digital Ubah Gaya Komunikasi Politik di Indonesia
Fenomena penyebaran informasi yang tidak benar juga terjadi di kalangan influencer. Pada tahun 2024, seorang influencer menyebarkan informasi hoaks dalam sebuah video viral yang mengklaim bahwa produk air minum dalam kemasan (AMDK) tertentu mengandung senyawa kimia di atas ambang batas. Menanggapi hal ini, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Muhammad Mufti Mubarok, mengecam keras influencer di media sosial yang membahas topik tanpa dukungan data yang valid, dan bisa dipertanggungjawabkan. Mufti menegaskan bahwa pembahasan yang tidak didukung data yang pasti dapat dibawa ke ranah hukum.
Contoh nyata di atas setidaknya memberikan jawaban bahwa tindakan yang tidak sesuai dan dilakukan dalam dunia digital memberikan dampak yang tentu sangat merugikan. Alasannya, mengingat masyarakat digital Indonesia saat ini yang semakin terhubung, dan cepat terpengaruh oleh informasi yang mereka terima.
Substansi yang Dibutuhkan
BACA JUGA:Waka Polresta Warning Anggota, Setop Judi Online!!!
Peran buzzer dan influencer di dunia digital Indonesia sangat penting dan tak bisa diabaikan. Namun, mereka harus memprioritaskan substansi di atas sensasi. Dengan berfokus pada konten yang mendidik dan memberdayakan, mereka bisa mendapatkan popularitas, sekaligus berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa.
Kasus di Bangka Belitung, di mana berita hoaks tentang Covid-19 tersebar luas, menunjukkan bahaya dari informasi palsu yang dianggap valid oleh masyarakat. Berita hoaks ini mendapat perhatian dari Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Bangka Belitung, Fitra Wijaya, yang menyesalkan adanya oknum penyebar informasi palsu. Tindakan seperti ini seharusnya dihindari oleh buzzer dan influencer karena mereka memiliki banyak pengikut dan pengaruh besar di media digital.
Untuk mewujudkan Indonesia-sentris, buzzer dan influencer sebaiknya menciptakan konten yang berfokus pada kekayaan budaya, keragaman, dan potensi lokal. Contohnya, mempromosikan pariwisata lokal secara autentik dan edukatif, atau memperkenalkan produk UMKM dengan nilai ekonomi tinggi.
Dalam era digital yang semakin maju, peran buzzer dan influencer semakin penting dalam membentuk opini publik dan mengarahkan perhatian masyarakat. Dengan pengikut yang besar dan kemampuan menyebarkan informasi dengan cepat, mereka memiliki tanggung jawab besar, terutama dalam konteks kebangsaan dan nasionalisme.
BACA JUGA:PLN Salurkan Bantuan TJSL 10.000 Pohon untuk Membangun Ekosistem yang Berkelanjutan
Buzzer dan influencer yang mendukung Indonesia sentris dapat membantu melawan berita palsu dan disinformasi yang sering kali memecah belah masyarakat. Dengan aktif menyuarakan kebenaran dan mempromosikan informasi akurat serta bermanfaat, mereka bisa berkontribusi pada pembentukan opini publik yang lebih sehat dan bertanggung jawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: