Mendorong Pariwisata Babel: Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Daerah

Mendorong Pariwisata Babel: Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Daerah

Devi Valeriani --Foto: ist

Oleh: Devi Valeriani

Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Bangka Belitung

___________________________________________

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memiliki potensi  alam yang sangat menarik, pantai berpasir putih, pulau-pulau cantik, gugusan batu granit, dan kekayaan budaya Melayu kehidupan nelayan serta warisan sejarah tambang timah. Potensi merupakan  pilar utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Secara historis, pariwisata Babel belum mengambil posisi dominan dalam perekonomian provinsi. Sektor pertambangan, terutama timah, selama ini menjadi andalan. Namun ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan menghadirkan risiko jangka panjang. Potensi luar biasa ini belum sepenuhnya tergarap maksimal. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Babel masih relatif kecil dibandingkan sektor tambang, terutama timah. Padahal, ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan menyimpan risiko besar terhadap keberlanjutan ekonomi daerah. Oleh karena itu, pariwisata harus diposisikan sebagai sektor unggulan baru yang mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi sekaligus diversifikasi pendapatan daerah. Dalam jangka panjang, pengembangan pariwisata yang terencana akan menciptakan multiplier effect bagi berbagai sektor lain.

Secara statistik menurut BPS Babel, pada Oktober 2024, jumlah kunjungan tamu hotel berbintang di Bangka Belitung mencapai 42.443 orang, dengan tingkat penghunian kamar (TPK) 34,79 % dan rata-rata lama menginap 1,80 malam. Pada April 2025, tercatat 50.000 tamu hotel berbintang di Babel terjadi kenaikan sebesar  56,35 % dibandingkan Maret 2025. Tamu domestik mencapai 49.462 orang, sedangkan rata-rata lama menginap 1,46 malam. TPK hotel berbintang pada bulan April 2025 tercatat 25,10 %. Namun perlu diantisipasi bahwa okupansi hotel berbintang masih relatif rendah secara absolut (25–35 %).

Fluktuasi musiman dan hambatan akses juga tampak dari data penurunan kunjungan di Februari 2025, total tamu mencapai 27.876 orang, turun 21,55 % dibanding Januari 2025.  Data perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) sangat menggembirakan: selama Januari–Juli 2025 tercatat 2,66 juta perjalanan wisnus ke Babel, meningkat 53 % dibanding periode yang sama tahun lalu (1,74 juta).  Feedback internal menunjukkan sebagian besar wisatawan ke Babel adalah domestik. Misalnya pada November 2024, sebanyak 99,04 % tamu hotel berbintang berasal dari dalam negeri, dengan tujuan menginap, 36,23 % memilih Pulau Belitung sebagai lokasi menginap.  Dari sisi infrastruktur, peringkat Babel cukup memadai,  dalam “10 Provinsi dengan Infrastruktur Pariwisata Terbaik 2024”, Babel menempati posisi ke-7 dengan skor 4,35, hasil ini menunjukkan bahwa sarana-prasarana pendukung dasar sudah mulai diperhatikan, tetapi masih ada ruang peningkatan.

BACA JUGA:Menjaga Motivasi Pegawai Pemerintah Ditengah Kebijakan Efisiensi

BACA JUGA:Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Pulau Gelasa Ibarat Pisau Bermata Dua

Pariwisata bukan hanya menghadirkan devisa, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, menghidupkan UMKM, menggerakkan sektor transportasi, meningkatkan pendapatan masyarakat, hingga memperkuat identitas budaya lokal. Inilah yang menjadikan pariwisata sebagai sektor strategis bagi Babel. Dengan mengoptimalkan potensi alam, budaya, dan infrastruktur, Bangka Belitung berpeluang memperkuat ekonomi lokal dan menciptakan pemerataan manfaat. 

Ketika kita menilik Sumber Daya Manusia Babel yang menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi, terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Babel pada 2024, IPM Babel berada di angka sekitar 74,09, masuk kategori tinggi, hal ini menggambarkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan standar hidup yang terus diperbaiki. Namun, sektor pariwisata Babel juga menghadapi tantangan dimana penetrasi wisatawan asing masih rendah. Kontribusi wisatawan mancanegara hanya sekitar 15 % dari total kunjungan, menurun dari 20 % beberapa tahun sebelumnya. Untuk memaksimalkan dampak ekonomi, pariwisata harus menjadi bagian dari ekosistem ekonomi daerah  membuka ruang untuk UMKM, transportasi lokal, jasa penginapan, hingga sektor kreatif budaya. Infrastruktur fisik sangat penting: peningkatan kualitas jalan ke objek wisata, pelebaran pelabuhan antar pulau, serta peningkatan kapasitas bandara menjadi prasyarat. 

Di era digital, pengembangan infrastruktur digital juga perlu diperhatikan. Ketersediaan jaringan internet cepat di lokasi wisata akan meningkatkan kenyamanan wisatawan sekaligus memudahkan promosi instan melalui media sosial. Babel bisa menjadi contoh destinasi smart tourism. Promosi pariwisata harus memanfaatkan media sosial, travel platform, dan konten kreatif. Penerapan sistem reservasi online, peta digital wisata, dan kolaborasi influencer sangat dibutuhkan agar Babel muncul di radar wisatawan. Peningkatan kualitas SDM juga penting seperti penguatan pelatihan pemandu wisata, hospitality, bahasa asing, serta sertifikasi standar pelayanan. Pelaku homestay dan warga lokal perlu diberdayakan menjadi “host lokal” profesional. Konsep pariwisata berkelanjutan wajib diterapkan termasuk pengelolaan sampah laut, konservasi terumbu karang, batasan pengunjung, zona lindung, dan edukasi lingkungan kepada wisatawan.  

Budaya masyarakat Melayu, tradisi nelayan, dan warisan sejarah timah merupakan aset non-fisik yang tidak kalah penting. Wisata budaya dan heritage perlu dipadukan dengan wisata alam untuk menciptakan daya tarik yang beragam. Festival budaya tahunan dapat memperkaya pengalaman wisata sekaligus menjaga identitas lokal. Kolaborasi antara pemerintah daerah, swasta, akademisi, dan komunitas menjadi kunci sukses pengembangan pariwisata. Tanpa sinergi multipihak, program pariwisata hanya akan berjalan parsial dan kurang berkelanjutan. Model quadruple helix bisa menjadi pendekatan strategis. Investasi juga menjadi faktor krusial. Babel perlu memberikan insentif dan kepastian regulasi yang mendorong masuknya investor di sektor pariwisata. Investasi hotel, resort, marina, hingga pusat kuliner akan mempercepat peningkatan kualitas layanan wisata. Dalam konteks global, Babel dapat memanfaatkan tren pariwisata pascapandemi yang lebih menekankan pada wisata alam terbuka, kesehatan, dan pengalaman autentik. Hal ini sesuai dengan karakteristik Babel yang kaya akan destinasi pantai alami dan budaya lokal yang ramah.

BACA JUGA:Reshuffle Kabinet Prabowo: Apakah SDM Ekonomi Indonesia Sudah Siap Menghadapi Tantangan Global?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: