Kajati Babel, Asep Maryono, Ciduk Terduga Mafia Tanah dan Ungkap Deposito Anak Cukong Rp 1,3 T

Kajati Babel, Asep Maryono, Ciduk Terduga Mafia Tanah dan Ungkap Deposito Anak Cukong Rp 1,3 T

Kajati Babel, Asep Maryono-dok-

KALAU sekarang ini ditanya lembaga hukum mana yang citranya  lagi di atas awan? Pasti semua menjawab, institusi Kejaksaan RI

------------

ITU semua tentu tak terlepas produk korp Adyaksa yang dikomando Burhanuddin yang lagi getol-getolnya menyidik perkara korupsi yang kerugian negara hingga mencapai Rp puluhan hingga ratusan triliun. Sebut saja seperti ASABRI hingga tata niaga pertimahan yang diklaim capai kerugian Rp 271 triliun.

Tentu saja penilaian itu juga -kualitas penyidikan- para tersangka yang dijerat yang menyasar kelas kakap. Baik kakap lokal hingga kalangan crazy rich ibukota Jakarta. 

Sebut saja seperti yang lagi viral: Helena Lim selaku pemilik  money changer terbesar tanah air bahkan Asia Tenggara. Juga Harvey Moeis dari PT RBT sekaligus suami artis papan atas Sandra Dewi itu. Yang viral berikan kado privat jet saat ultah anaknya yang baru TK.  Dan tentu semua tahu ada 16 tersangka dalam  kasus timah yang saat ini tengah berhadap dengan hukum.

Lalu bagaimana dengan jajaran di bawahnya seperti Kejati Babel sendiri?

Semangat Kejagung tentu merembet ke bawah.  Seperti di Babel yang dikomandoi Kajati Asep Maryono.

Penyidikan di 3 sektor, pertambangan, perkebunan, hingga pertanahan sangatlah ngeri-ngeri sedap. Pasalnya -bukan rahasia lagi- itu sangat syarat akan politis kekuasaan. Bahkan berpotensi pada gejolak sosial ekonomi mikro. 

Belum lagi, soal kasus di PT Timah,  kehutanan, perkebunan hingga   penambangan ilegal selama ini selalu dipersepsikan kalau itu semua bukan  masuk dalam ranah tipikor.  Melainkan jenis pidana umum dan lain-lain. 

Di berbagai kesempatan wawancara ataupun obrolan warkop mantan Wakajati Bali tegaskan komitmenya untuk totalitas menyentuh -melalui penegakan hukum- atas persoalan mendasar di Bumi Serumpun Sebalai. Bagi mantan Aspidum Kejati Jatim persoalan tersebut tak lain atas hasil kekayaan perut bumi Bangka Belitung yang notabene kaya-raya tapi tak mampu mensejahterakan rakyat dan daerah. Bahkan baginya pembangunan dan kesejahteraan di daerah ini masih sangat tertinggal jauh. 

BACA JUGA:Kajati dan Wakajati Babel Berganti

"Saya sudah turun langsung ke banyak daerah pertambangan timah. Saya ngobrol dan penampung segala curhatan warga masyarakatnya. Di sinilah saya tahu kalau ternyata yang banyak menambang itu bukan warga asli sini. Melainkan dari luar Bangka Belitung yang didatangkan langsung oleh para cukong dan pemilik tambang," ceritanya dalam banyak kesempatan.

"Intinya rakyatnya hanya sebagai penonton dan kesusahan ekonomi. Lingkungan jadi rusak dan hancur dimana-mana.  Sedihnya lagi, hasil kekayaan perut bumi  bukan untuk membangun daerah ini tapi malah keluar daerah bahkan luar negeri sana," ungkapnya dengan nada kesal.

Begitu juga dalam hal penegakan hukum dalam pertambangan ilegal. Yang dihukum hanya sebatas tangan-tangan kecil semata. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: