Ungkapan yang Batalkan Penaklukan Kota Mentok, 'Lupa Kacang akan Kulitnya...'

Ungkapan yang Batalkan Penaklukan Kota Mentok, 'Lupa Kacang akan Kulitnya...'

Akhmad Elvian-Dok-

BABELPOS.ID.- Raja Aji dari Kesultanan Johor menyandarkan kapal perangnya di Dermaga Mentok --Ibukota Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sekarang-- Ia saat itu bermaksud menaklukkan Kota Mentok sebelum menaklukkan Kesultanan Palembang Darussalam. 

“Sesungguhnyalah sekali-sekali jangan meninggalkan adat istiadat orang Melayu, yaitu dimana perigi digali di situ air disauk, dimana negeri diuni di situ adat dipakai (perintah dijunjung)”. Perkataan yang mulia tersebut disampaikan oleh Abang Pahang, bergelar Tumenggung Dita Menggala petinggi Mentok ketika menghadap Raja Aji ke kapal perangnya.

BACA JUGA: Karakter Melayu di Politik Indonesia?

Menurut Sejarahwan Bangka Belitung (Babel), Akhmad Elvian, akibat perkataan yang mulia di atas, Raja Aji membatalkan penyerbuannya ke Kota Mentok karena orang Mentok ternyata masih ingat akan asal usulnya sebagai keturunan dari Johor. 

Karena sebelumnya Raja Aji telah menyampaikan perkataan yang mulia berupa sindiran kepada Abang Pahang, Tumenggung Dita Menggala: 

“Kalau hari panas telah lupa kacang akan kulitnya: orang yang lupa akan asalnya (orang telah menolongnya dan lain-lain) setelah menikmati kesenangan dan lain-lain” (Wieringa, 1990;134,135). 

Raja Aji (menurut riwayat, Raja Aji adalah seorang putra Raja Siam yang bernama Tjoe Seribangsa, diislamkan oleh Sultan Malaka kemudian bergelar Sultan Ahmad Sjah) membatalkan penyerangannya terhadap Kesultanan Palembang Darussalam yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin I Adikusumo (memerintah Tahun 1757-1776 Masehi), karena tidak mendapat bantuan dari bangsawan-bangsawan Mentok yang berasal dari Johor Siantan. 

Angkatan perang Raja Aji kemudian beralih menyerang Pontianak dan sebagian pasukannya ada yang merampas Timah di pangkal-pangkal di pulau Bangka serta berkelahi dengan orang Bangka.

BACA JUGA:Datuk Akhmad Elvian Ajak Masyarakat Melayu Babel Merawat Marwah

Untuk lebih menjaga keamanan di pulau Bangka, Abang Pahang, Tumenggung Dita Menggala sebagai wakil Sultan Palembang bermohon kepada Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin I Adikusumo, supaya pada tiap-tiap pangkal di pulau Bangka didirikan benteng dari tanah (kota), sebagaimana benteng yang telah didirikan di Kota Mentok (disebut benteng Kota Seribu karena dibangun atas bantuan Sultan Palembang dengan uang seribu ringgit dan seribu pikul beras, 1 pikul=60 kg). 

Permohonan Abang Pahang, Tumenggung Dita Menggala kemudian dikabulkan oleh Kesultanan Palembang Darussalam dengan dibangunnya benteng-benteng tanah di Belinyu, Tempilang, Biat, Bunut, Bendul, Sungkai, Rambat dan Panji serta pada pangkal-pangkal lainnya di pulau Bangka. Pada setiap benteng atau kota dipimpin atau dijaga oleh seorang panglima yang diberi gelar atau sebutan Panglima Angin.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: