BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Empat)

BENTENG PENUTUK   DI PULAU LEPAR  (Bagian Empat)

Dato’ Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan- FOTO: Ilust babelpos.id-

 

Pada tanggal 24 Desember 1820 pasukan besar yang dipimpin oleh Raden Ali mengepung dan menyerang benteng Toboali dari laut dengan menggunakan sejumlah besar perahu dan mengibarkan bendera Raden Ali.  Penyerangan dilakukan pada dua sasaran, yaitu: bagian pasukan yang lebih kecil, dengan kekuatan 9 perahu bersenjata menyerang dan menembaki sisi Selatan bangunan benteng dengan meriam dan  dengan perahu kecil pasukan mendayung ke tepi pantai dan mencapai tebing di posisi pos penjaga pantai yang telah ditinggalkan. Mereka kemudian dihadang oleh tembakan pasukan yang dipimpin oleh Letnan De Vries agar tidak mendarat pada titik ini dan Sembilan perahu bersenjata pasukan  Radeen Ali berada pada jarak yang tidak terlalu berbahaya. Bagian pasukan lainnya dengan kekuatan 33 perahu bersenjata menurunkan pasukan pada bagian lain benteng di sebelah Barat Toboali. 

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Tiga)

Sebuah detasemen berkekuatan 30 orang, dikirim di bawah Kapten Cuvelier untuk mencegah pendaratan dan pasukan Belanda terpaksa mundur. Selanjutnya pada saat yang bersamaan  datang laporan dari komandan penjaga di pos baru yang sedang dibangun, yaitu serangan dan tembakan dari sudut Barat terhadap pekerjaan benteng yang sedang diperbaiki oleh banyak perahu sebagai bagian dari serangan pasukan Raden Ali. Serangan ini dihadapi oleh pasukan Belanda dipimpin oleh Du Perron den Kapten Lessance dengan 60 orang pasukan baru penjaga benteng. Pasukan ini diperintahkan untuk menjaga pekerjaan renovasi penting benteng Toboali dari kehancuran. Pasukan militer Belanda kemudian mengirim Letnan Meijer dengan sebagian pasukan ke tempat para perampok mendarat. Letnan Meijer dengan tembakan artileri ringan dan senapan, melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan kehati-hatian dan keberanian, sehingga kemudian pasukannya dapat menghalau pasukan Raden Ali yang sudah mendarat untuk mundur ke hutan atau kembali ke perahu. Serangan pasukan Raden Ali berakhir sekitar pukul 11 pagi dan Raden Ali beserta pasukannya meninggalkan lokasi pertempuran di sekitar  benteng Toboali mengatur arah menuju ke Pulau Lepar. 

 

Dalam sGravenhaagsche courant, 11-06-1821, pada akhir tahun 1820 di Bangka terjadi gangguan para bajak laut di wilayah Selatan di sekitar Toboali dan pulau Lepar. Setelah seluruh wilayah pulau Bangka dan wilayah Kepulauan Lepar ditaklukkan oleh Belanda, dan kemudian pemerintahan di pulau Bangka ditingkatkan menjadi pejabat Residen yang merangkap sebagai komandan militer yaitu Letnan Kolonel Keer. Pada Tahun 1825 berdasarkan catatan Bataviasche courant, 01-01-1825 dan   dalam Almanak 1827 struktur pemerintahan di (residentie) Bangka sudah lengkap. Pulau Bangka dan pulau pulau kecil di sekitarnya relatif sudah aman, akan tetapi pejabat residen Bangka masih seorang militer. Berdasarkan data dari Mededeelingen betreffende de Koloniën. (Art. 60 der Grondwet.) Geleidende Brief. No. 1,  pada halaman 20 dan dalam Indisch Staatsblad Tahun 1831, No. 62, Pulau Banka dibagi menjadi beberapa divisi atau distrik, yang dipimpin oleh begitu banyak Aministrator Tambang Timah berbangsa Eropa. Di Kepulauan Lepar, kekuasaan dipercayakan kepada kepala pribumi. Selengkapnya dinyatakan: “In het Indisch Staatsblad van 1831, no. 62, is Banka verdeeld in verschillende afdeelingen of districten, aan het hoofd waarvan zoovele Europesche administrateurs der tinmijnen zijn gesteld. Op de Lepar-eilanden is het gezag toevertrouwd aan een inlandsen hoofd”. 

Dalam Almanak Tahun 1831 pemerintahan di Residen Bangka melibatkan para pemimpin wilayah setempat. Selanjutnya dalam Almanak en naamregister van Nederlandch-Indie, 1841 halaman 65 dan dalam Almanak en naamregister van Nederlandch-Indie,1851 Halaman 80 tanggal 27 Februari 1851, Kepala Kepulauan Lepar atau Lepar Einlanden adalah Mas Agoes Moehamad Assik. Pada Tahun Tahun 1837, oleh Pemerintah Hindia Belanda, Mas Agus Mohamad Assik pernah dipercayakan menjadi kepala pemerintahan di Pulau  Belitung, akan tetapi hanya berlangsung singkat sampai awal Tahun 1838, dan beliau kemudian dikembalikan lagi sebagai Kepala Pemerintahan di Pulau Lepar.(Bersambung/***)

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: