Babel Kembali Kehilangan Putra Terbaiknya, Ulama Kharismatik KH Ahmad Hijazi Wafat
--
Diantar Bersama Mendung & Gerimis
Walau diri adalah seorang ulama’ namun sosoknya sangatlah sederhana dan bersahaja. Walau dianggap sangat tegas, tapi beliau sangat tawadhu’. Kemana pun pergi dan bertemu masyarakat, selalu menyapa duluan. Bahkan kepada murid-muridnya. Kadangkala kita sebagai murid ada rasa malu. Beliau naik motor, melihat kita muridnya, beliau berhenti dan menyapa. Tak jarang setelah “Assalamu’alaikum” beliau mengawali dengan canda sapaan kepada kita.
Karena kiprah, popularitas, alimnya dan banyaknya santri serta alumni yang tersebar, seringkali beliau ditawari jabatan, bahkan untuk menjadi Caleg (Calon Legeslatif), tapi selalu ditolak keras dan tegas. Hal ini seringkali beliau ceritakan kepada Penulis. “Itu gawi ikak Ahmadi, bukan Bapak. Mun ikak cocok” begitulah biasanya beliau berkata. Kiyai yang selalu aktif mengajar pengajian di rumah-rumah warga ini dikenal adalah Ulama berkarakter bagi masyarakat Desa Kemuja. “Dak tau agik, ase e dak de agik kiyai sekelas beliau di kampong kita ini” ujar warga sambil mengusap air mata kesedihan.
Senin, sejak pagi hingga sore hari, Desa Kemuja macet total, ribuan warga memadati desa Kemuja, kendaraan tidak bisa lewat bahkan terhenti cukup lama. Masjid Rahmatuddin Desa Kemuja yang dikenal sangat besar dan bisa menampung ribuan Jama’ah, ternyata tidak mampu menampung Jama’ah yang hendak melaksanakan Sholat Jenazah Sang Ulama Kharismatik Bangka Belitung ini. Jenazah disholatkan selesai sholat Zuhur. Mendung mengitari Desa Kemuja, gerimis datang. Ribuan jama’ah tidak ada satupun yang berteduh dan memang tidak perlu berteduh, sebab gerimis itu bagi jama’ah adalah berkah dan tidak membuat baju basah. Pejabat, rakyat, laki-laki, perempuan, kiyai, santri, dewasa maupun anak-anak berkumpul dan berdiri sambil menundukkan kepala ketika jenazah Sang Ulama Kharismatik ini lewat.
Sholat Jenazah berjalan dengan khusyu’, ribuan jama’ah meneteskan air mata. Apalagi ketika putra pertama beliau, Muammar, mengumandangkan takbir pertamanya. Penulis pun terisak antara sedih dan bangga, sebab Muammar yang selama ini bertahun-tahun tinggal bersama Penulis, mengimami ribuan jama’ah ketika orangtuanya tercinta sudah menjadi jenazah. Selesai sholat, Penulis hampiri Muammar dan memeluk sahabat karib sejak kami sama-sama masih balita ini.
Selain puluhan bahkan ratusan kesan antara Penulis dengan Sang Ulama ini, teringata Ramadhan 2020 lalu, selesai melaksanakan sholat Asar di Masjid Rahmatuddin Desa Kemuja, tiba-tiba beliau mengalungkan Sorban ke leher Penulis. Sempat kaget dan beliau tersenyum. “Lah cocok dipakai” begitulah kurang lebih kalimat singkatnya. Penulis sempat kagok bicara alias tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. “Ini buat saya?” lagi-lagi beliau tersenyum dan saat itu Penulis bangga dan bahagia. Sorban inilah akhirnya yang penulis gunakan mensholatkan dan mengantar jenazah beliau ke pemakaman di Desa Kemuja. Oya, 2 minggu lalu, saya masih sempat meminta minuman kepada beliau dan dengan senyum ayah kepada anak, beliau berikan minumannya kepada Penulis. Saat itu, Penulis sedang hendak bermain sepakbola di lapangan Desa Kemuja. Kebetulan beliau hadir di atas panggung melihat pembukaan kompetisi sepakbola di Desa Kemuja.
“Kalau kamu bersalah dan macem-macem, saya tidak akan pernah takut menempeleng kepala kamu. Sebab kamu itu anak saya!” itulah yang sering beliau katakan kepada saya yang memang rada bengal dan suka bercanda kepada sang kiyai ini. Jika beliau mendengar tentang saya yang kurang bagus, beliau selalu menelpon dan konsfirmasi. Biasanya saya langsung berkata: “Pak Kiyai kapan ada dirumah, biar saya datang menjelaskan” begitulah biasanya saya menjawab. Sebab banyak juga mungkin hal-hal yang beliau dengar tentang Penulis yang memang “nakal” dan “aneh” bagi sebagian orang. Biasanya kalau sudah dijelaskan, beliau tertawa sambil kepala saya diusap atau dijedul.
Sudahlah…, tulisan ini memang agak tergesa-gesa, sebab diminta langsung secara mendadak oleh CEO Babel Pos grup, Syahril Sahidir.
Saya dan kita semua sedang berduka. Selamat jalan Ulama’ kami tercinta. Semoga kita semua dikumpulkan dalam sorga Allah SWT bersama orang-orang yang kita cintai.
Aamiin ya robbal alamiin……..***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: