Daun Pisang Kepok, Fakta Ilmiah, Manfaat dan Potensi Ekonominya

Daun Pisang Kepok, Fakta Ilmiah, Manfaat dan Potensi Ekonominya

Denny Syaputra --

Oleh: Denny Syaputra

Ketua Sentra Kajian Pangan UBB

 

BABELPOS.ID - Kuliner tradisional di Indonesia sudah lama mengenal dan memanfaatkan bahan alami dari dedaunan tertentu untuk membungkus makanan.  Beberapa jenis daun tersebut di antaranya adalah daun kelapa untuk ketupat, daun lontar untuk lepet, daun mangkok untuk laksa dan burgo, daun jagung untuk dodol, daun jati untuk nasi jamblang, dan tentu saja daun pisang untuk tempe, lemper, nagasari, lontong, otak-otak, pepes ikan, dan sebagainya.  Penggunaan dedaunan tersebut sebagai pembungkus makanan telah lama dipercaya aman bagi kesehatan tubuh manusia.

Daun pisang menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat Indonesia karena tanaman pisang banyak dan mudah tumbuh di wilayah beriklim tropis sehingga mudah didapat, lebih khusus lagi daun pisang dari jenis pisang kepok (dengan nama ilmiah Musa paradisiaca) aromanya menggugah selera (baik untuk makanan yang dikukus ataupun dipanggang bersamanya), ukurannya lebar, tekstur permukaannya licin atau halus, lentur sehingga mudah dibentuk atau dilipat, tidak tembus air dan minyak, pigmen daunnya tidak mudah luntur mewarnai makanan (tidak seperti daun jati).

Fakta ilmiah daun pisang kepok

Beberapa fakta ilmiah tentang kandungan pelepah pisang kepok (umumnya disebut sebagai batang pisang) atau bagian stem pisang kepok telah diungkap oleh beberapa peneliti dari India yang dipimpin oleh Goswami, yang kemudian dimuat di dalam Indian Journal of Chemical Technology pada tahun 2008. Goswami dan kawan kawan mengungkapkan bahwa secara umum serat batang pisang memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin yang lebih tinggi daripada jenis pisang lainnya yang diteliti (yaitu pisang cavendish, pisang pink liar, dan pisang klutuk). 

Stem pisang kepok mengandung 59,18% selulosa, 17,50% hemiselulosa, dan 18,21% lignin. Dengan profil fisika seperti ini, bubur stem (pulp)nya hampir setara dengan bahan baku pembuatan kertas konvensional.  Fakta tersebut setidaknya dapat memberikan gambaran karakteristik serat pada bagian daunnya.

Pada bulan Juli tahun 2013, tiga orang perempuan peneliti dari Universitas Brawijaya telah memuat artikel ilmiah hasil penelitiannya di sebuah jurnal internasional yaitu American Journal of Plant Sciences. Penelitian yang dipimpin oleh Nunung Harijati ini telah mengungkap beberapa fakta ilmiah menarik seputar daun pisang kepok. 

Penelitian ini membandingkan kualitas daun dari 4 jenis pisang yang sering kita jumapi yaitu pisang kepok, pisang klutuk, pisang rajamala, dan pisang cavendis. Penelitian ini mengungkapkan bahwa serat daun pisang klutuk (Musa brachyacarpa) memiliki jumlah sel lebih banyak (274 ) daripada daun pisang kepok (sekitar 250), begitu pula diameter seratnya yaitu 5,97µm pada daun pisang klutuk dan 5,35 µm pada daun pisang kepok.

Selain itu, daun pisang klutuk juga rata-rata lebih lebar yaitu sekitar 24 cm daripada daun pisang kepok yaitu sekitar 21 cm. Keunggulan daun pisang kepok dibandingkan dengan daun pisang klutuk adalah ketebalan dan kekuatan tariknya (tensile strength), dimana tebal daun pisang kepok adalah sekitar 0,68mm sedangkan daun pisang klutuk hanya 0,66mm.  Kekuatan tarik daun pisang kepok juga lebih besar yaitu 0,48 N/cm2, dibandingkan daun pisang klutuk yang hanya sebesar 0,35 N/cm2.

Sebagai informasi tambahan, kekuatan tarik daun nanas adalah sekitar 35.416 kali lebih besar daripada daun pisang kepok.

Potensi produksi daun pisang kepok di Babel

Menurut data BPS dan Dirjen Hortikultura Kementan RI tentang luas lahan yang ditanami pisang yang dipanen antara tahun 2016 hingga 2019 dari 34 provinsi, Kepulauan Bangka Belitung berada pada jajaran 3 terendah bersama Maluku Utara dan Papua Barat, yang hanya berkisar antara 66-81 hektar. Provinsi Jawa Tengah saja yang luas wilayahnya sekitar 2 kali lipatnya luas wilayah Kep. Babel memiliki lahan tanaman pisang sekitar 10,000 hektar atau sekitar 100 kali lebih luas daripada Bangka Belitung. Provinsi babel memiliki luas daratan sekitar 16.425 km persegi atau sekitar 1,6 juta hektar. Artinya, jika ingin menyamai Jawa Tengah saja dalam penanaman pisang, maka Babel berpotensi untuk memanfaatkan lahan seluas 5.000 hektar atau hanya sekitar 0,3% dari luas wilayah daratannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: