Kalapiteng
Ahmadi Sofyan - Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya-babelpos.id-
Berbagai organisasi, komunitas, forum, perkumpulan, perhimpunan tumbuh menjamur tanpa makna. Namun harus ada dan dibentuk agar dianggap eksis dan mumpuni. Padahal nyatanya berjenis kelamin “Wujuduhu ka adamihi” (Keberadaannya seperti ketiadaannya).
Yang tidak intelek bikin organisasi intelek agar dianggap intelek. Yang tidak peduli bikin organisasi peduli agar dianggap peduli. Yang suka melanggar hukum pun demikian, bikin organisasi seakan-akan tak pernah melanggar hukum. Jadilah akhirnya negeri ini menjadi negeri lawak, negeri salah kelola akibat salah minum obat dan negeri “kalapiteng”.
Bagaimana tidak, kekayaan alam yang luar biasa ternyata kita tidak berdaulat sama sekali atas kekayaan alam itu, justru sebaliknya, kita ngutang kemana-mana. Pejabat negara “kalapiteng” ngelola negara. Rakyat “kalapiteng” antara hidup dan mati. Pengusaha “kalapiteng” menghadapi birokrasi perizinan yang ribet dan oknum-oknum LSM yang “ngeributin” dan “ngeribetin”.
ASN “Kalapiteng” menghadapi peraturan yang tumpang tindih. Penegak hukum “Kalapiteng” karena banyak bercokol oknum aparat hukum yang melanggar hukum lebih para dari masyarakat. Orangtua “Kalapiteng” mencari kehidupan untuk anak-anaknya agar meraih pendidikan dan kehidupan yang layak. Anak-anak “Kalapiteng” akibat permainan lato-lato” yang sedang viral. Begitulah kehidupan kita hari ini, persis seperti lato-lato, saling bertabrakan, saling menghantam, ramai oleh suara dan mutarnya hanya disitu saja.
Nah, sedangkan saya sendiri “Kalapiteng” mau menulis apa lagi?!
Salam Kalapiteng!(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: