Cara Kurangi Ketergantungan Beras dari Luar Daerah, Ini Cara DPKP

Cara Kurangi Ketergantungan Beras dari Luar Daerah, Ini Cara DPKP

Edi Romdhoni --

BABELPOS.ID, PANGKALPINANG - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Romdhoni SP MM mengatakan diversifikasi Pangan lokal harus terus dioptimalkan.

Optimalisasi tersebut menurut Edi, sangat penting untuk memperbanyak pilihan komoditas pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap nasi.

“Jadi kita harus mau mensubstitusi itu sehingga tidak seratus persen yang kita konsumsi itu adalah beras,” kata Edi, Senin (14/11). 

BACA JUGA:Teknik Mesin UBB Gelar Lomba Rancang Bangun Alat Ketahanan Pangan

Ia menerangkan peran pangan lokal sangat penting dan strategis untuk menopang ketahanan pangan nasional. Karena itu Edi mendorong penguatan diversifikasi pangan secara menyeluruh dan bertahap dengan memanfaatkan komoditi pangan yang tersedia di dalam daerah.

“Jadi ada prinsip kenyang tidak harus nasi. Itu yang harus kita tanamkan. Kita banyak sekali sumber karbohidrat. Ada talas, ubi jalar, kemudian ada juga jagung bisa hidup. Sukun (juga) bisa tumbuh dan berkembang di Babel,” terangnya.

BACA JUGA:Keren, Madu Pelawan Namang Masuk Ajang Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara 2022

Lebih lanjut Edi Romdhoni menjelaskan bahwa ketergantungan Babel terhadap pasokan beras dari luar daerah saat ini masih tinggi. Kemampuan petani lokal untuk memproduksi beras yang banyak menurutnya belum sepadan dengan kebutuhan beras dalam daerah.

“Khusus pangan pokok kita andalannya di Bangka Selatan sebagai penghasil beras kemudian ada di Belitung dan Belitung Timur, Tapi itu juga kita masih (tergantung) 60 persen hingga 70 persen lebih dari luar. Secara nasional (konsumsi beras) kita termasuk tinggi (rata-rata) 98,6 kilogram pertahun. Pemerintah hanya minta diturunkan 2 kilogram saja per tahun menjadi 96 kilogram (untuk setiap orang). Ini pun butuh perjuangan yang luar biasa,” ujarnya seraya menambahkan salah satu cara untuk menurunkan konsumsi beras dengan mengurangi porsi nasi yang dimakan.

BACA JUGA:Kendalikan Inflasi Pangan, Operasi Pasar Kembali Digelar di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur

“Jadi kalau kita tiga kali sehari makan nasi, pagi, siang dan sore (maka) yang sekali itu tidak (mesti) nasi sehingga ketergantungan kta tidak terus menerus dari daerah luar,” tandasnya.

Lebih lanjut, dikatakakan Edi, ketahanan pangan keluarga menjadi penyangga utama ketahanan pangan nasional. Karena itu pertanian keluarga sebagai sebagai bagian utama ketahanan pangan harus mendapat perhatian serius sebagai.

BACA JUGA:Survei Bank Indonesia, Harga Sejumlah Komoditas Pangan di Babel Mengalami Penurunan

Ia menerangkan ketahanan pangan keluarga merupakan lapisan terendah dalam sistem ketahanan pangan. Namun posisinya menjadi vital terutama ketika pangan nasional mengalami masalah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: