Polisi & Perempuan

Polisi & Perempuan

Ahmadi Sofyan - Penulis Buku /Pemerhati Sosial Budaya--

Polisi dicaci, tapi disisi lain dibutuhkan dalam berbagai kondisi. Jangankan berbuat buruk, salah ucap, salah sikap, benar dan terpuji saja perbuatan dan ucapan, Polisi akan dicari sisi buruknya, setidaknya dicurigai.

Polisi tak disenangi, tapi ketika pendaftaran terbuka untuk menjadi Polisi, ratusan bahkan ribuan anak negeri ini mendaftarkan diri. 

Polisi & Nilai Kearifan Lokal

DALAM obrolannya kepada saya beberapa minggu lalu, Kapolres Bangka, AKBP. Indra Kurniawan, S.H., S.I.K., M.S.i, mengatakan bahwa Prinsip Kerja Polres Bangka dalam melaksanakan Program Presisi Kapolri, adalah mengedepankan Etika Proposional.

Eskalasi sikap perilaku dan tindakan menyesuaikan, guna Polri memahami karakter masyarakat yang dihadapinya. Kepada masyarakat Taat dan Sadar Hukum, maka sikap Polri adalah SOPAN dan MELAYANI. Kepada Masyarakat belum taat tapi mau untuk sadar hukum, maka sikap Polri adalah MENGEDUKASI dan MENGAYOMI.

Yang terakhir, kepada masyarakat belum taat dan masih sulit untuk sadar hukum, maka Polri harus bertindak TEGAS namun tetap MELINDUNGI.

Menurut saya, 3 hal ini bisa menjadi nutrisi kecerdasan sosial anggota Polri dalam memahami kehidupan sosial masyarakat. Karena menyelami kehidupan sosial kemasyarakatan dalam koridor hukum seperti Polri itu sangatlah tidak gampang.

Terlebih di era media digital seperti sekarang ini. tambahan nutrisi kecerdasan bagi semua anggota Polri adalah sebuah keharusan. Pencitraan tidak perlu dibuat-buat, tapi haruslah se-natural mungkin. 

Di Bangka Belitung, Polri hendaknya memahami betul bahwa karakter masyarakat Bangka Belitung memiliki kekhasan tersendiri. Diantaranya senang bekawan (bersahabat) dan dijadikan seperadik (saudara).

Karakter orang Bangka yang selalu menganggap semua orang adalah sama atau setara, maka tidak ada penghormatan berlebihan, sebab itu janganlah bersikap ingin dihormati apalagi petantang-petenteng. Bekawan dan ber-seperadik, adalah salah satu cara yang paling gampang mendekati orang Bangka Belitung.

, tingkat humor yang lumayan tinggi (ingel-ingel/begagil). Oleh karenanya, tidak bersikap tegang, adalah pilihan terbaik dalam menyelami kehidupan masyarakat lokal. Tak mau ambil pusing alias memperpanjang masalah atau istilah urang Bangka “manjeng tali kelambu”, adalah sikap hampir semua masyarakat Bangka.

So, persoalan diselesaikan dengan santai, duduk bareng, ngopi bareng, makan lempah kuning bareng adalah salah satu solusi. Karakter orang Bangka Belitung selanjutnya adalah persis seperti kunyit dalam lempah kuning. Mendominasi dan mewarnai, walaupun tidak nampak saat dinikmati. Ini maknanya sangat luas dan tak cukup spasi di media ini untuk saya tulis. 

Siap Selalu Salah!

KITA kaum laki-laki adalah makhluk Tuhan yang harus memiliki kesabaran dan kelucuan yang lebih jika berhadapan dengan makhluk bernama perempuan. Sebab laki-laki dihujat adalah hal yang biasa, tapi membalas hujatan itu kepada kaum perempuan, pasti kita akan salah dan disalahkan.

Misalnya, berapa banyak lagu diciptakan menghina dan menghujat kita kaum laki-laki? Kita disebut “Kucing Garong”, “Buaya Darat”, “ABG Tua” dan sebagainya. pernah ada lagu yang menghujat kaum perempuan? Silahkan dibikin dan dinyanyikan, kalau mau dihujat dan dituntut oleh kelompok organisasi perempuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: