SMA/SMK Babel Terapkan Kurikulum Merdeka

SMA/SMK Babel Terapkan Kurikulum Merdeka

Ervawi - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi kepulauan Bangka Belitung- FOTO: Ilust babelpos.id-

BABELPOS.ID, PANGKALPINANG - Dinas Pendidikan (Disdik) Bangka Belitung (Babel) memastikan seluruh SMA/SMK di Babel telah melaksanakan Kurikulum Merdeka.

"Di Babel alhamdulillah, sudah seluruh sekolah menerapkan kurikulum merdeka, termasuk di SLB (sekolah luar biasa)," ujar Kepala Disdik Babel, Ervawi, belum lama ini.

BACA JUGA: Rudianto Tjen Ajak Kepala Daerah di Babel Ciptakan Ekonomi Berkelanjutan

Namun, kata Ervawi, pembelajaran kurikulum yang diinisiasi oleh Menteri Nadiem Makarim ini baru dilaksanakan untuk siswa kelas X. "Jadi ini ke pengembangan setiap siswa," ungkapnya.

BACA JUGA: Dugaan Tipikor Proyek Masjid Asrama Haji Babel, Kontraktor Harus Tersangka?

Diakuinya, ada perbedaan di kurikulum ini dengan kurikulum biasa, dimana kurikulum merdeka menerapkan pembelajar 70 persen mengarah ke pengembangan potensi siswa. "Dan 30 persennya pengembangan karakter," paparnya.

BACA JUGA: Buntut Tragedi Kanjuruhan Malang, Kapolres AKBP Ferli Dicopot!

Pihaknya sendiri mengapresiasi kurikulum ini, yang mengedepankan kreatifitas setiap anak yang dibantu oleh para gurunya. "Untuk guru, sudah kami bekali pelatihan maupun bimtek. Insya Allah sudah siap untuk mendampingi para siswa di kurikulum ini," katanya.

BACA JUGA: Sudah 2 Juta Lebih Data Honorer Masuk, Azwar: ASN Jangan Salah Kaprah

Diketahui sebelumnya, Edward dari Balai Penggerak Guru, bahwa kurikulum merdeka ini menyesuaikan apa yang diperlukan oleh peserta didik. "Jadi bukan yang ingin diajarkan oleh guru tetapi apa yang ingin dipelajari oleh peserta didik," jelasnya.

BACA JUGA: Satreskrim Polres Pangkalpinang Buru Pelaku Dugaan Penculikan di Depan SMAN 4 Pangkalpinang

Oleh sebabnya, diterangkan Edward, di kurikulum merdeka, guru dituntut mengetahui kondisi anak, baik pengetauan awal materi ajar siswa seperti apa hingga cara belajar apa yang diinginkan siswa seperti apa.

"Karena tiap orang punya cara yang beda-beda. Jadi ini lebih ke interaktif, bukan siswa hanya sekedar menerima, tetapi lebih beraktivitas.

Dia (siswa) akan mengeluarkan apa yang dia tahu yang kemudian akan bersama-sama diperkuat. Kalau keliru diluruskan kalau masih dangkal diperdalamkan lagi. Jadi tugas guru itu seperti itu," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: