Urang Bangka Itu… (2)

Urang Bangka Itu… (2)

Dari semua bumbu Lempah Kuning, yang memiliki peran penting dalam Lempah Kuning adalah sebuah bumbu bernama Kunyit. Bentuk tanaman yang tumbuh didalam tanah ini tidaklah seberapa, kecil dan bisa dikatakan “jelek” karena tidak ada yang lurus. 

Tidak akan pernah ada namanya Lempah Kuning tanpa keberadaan kunyit. Anda boleh meninggalkan bumbu-bumbu yang lain untuk Lempah Kuning (sesuai selera), tapi tidak mungkin meninggalkan kunyit, karena tidak bisa disebut Lempah Kuning tanpa menggunakan kunyit tersebut. 

Maknanya, jangan remehkan yang kecil dan seperti tak bermutu sebagaimana kunyit. Sebab kalau ia sudah nyemplung bersama bumbu-bumbu lainnya, dia-lah yang paling berpengaruh. Bukan hanya mempengaruhi warna, tapi juga rasa.

Apakah semua orang Bangka berkarakter seperti itu? TIDAK! Apalagi yang sudah terkontaminasi dengan pergaulan diluar dan merasa sudah tinggi pendidikannya, namun tidak mau atau jarang bergaul dengan masyarakat kampung di Bangka. 

Apakah semua orang Bangka yang pintar dan hebat diluar bisa memimpin Urang Bangka? Belum Tentu!! Sebab kepintaran dan kehebatan diluar, belum tentu terpakai (diterima) di Bangka. 

Lantas bagaimana agar diterima? Bergaul dengan pertemanan ala Urang Bangka dan iroplah kuah lempah kuning sambil “ngalar” dan berkelakar. Sebab tidak ada satu benda atau bahan yang diciptakan Tuhan di dunia ini yang tidak bisa dijadikan bahan kelakar bagi Urang Bangka. 

Satu lagi soal makanan, posisinya diluar bumbu utama, tapi semua masakan selalu pakai ini, yaitu Jeruk Kunci. Bagi Urang Bangka itu, kunci adalah jeruk, sebab makanan apapun harus diperas Jeruk Kunci yang terkenal asam, baru dianggap sah penambah rasa. 

Sedangkan asam adalah Jawa, sebab dalam bumbu masakan itu namanya Asam Jawa. 

Filosofinya, antara Bangka dan Jawa itu sebetulnya kunci kebersamaan walaupun awalnya rada asam, tapi percayalah, rasanya begitu nikmat setelah diolah. 

Makanya Urang Bangka banyak menikah dengan Orang Jawa, sebab sangat serasi jika hidup berrumah tangga, alias perbedaan budaya dan bahasa yang kental justru kolaborasi yang indah dan ceria. Itu yang saya rasakan.

Satu lagi nih…., budaya Urang Bangka adalah Nganggung. Yakni membawa makanan dalam dulang dan dimakan bersama-sama. 

Ini maknanya, urang Bangka itu makan bersama bukan makan surang, alias kebersamaannya sangatlah tinggi. Bagi Urang Bangka “Dak sape negah ikak nek jadi Raje, asal jangan ngeraje!” mun mati pacak nanam surang??!

Salam Urang Bangka! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: