Idul Adha Momen Mengakhiri Jiwa Kebinatangan Dalam Diri
disembelih/dipotong dengan cara mengoptimalkan fungsi spritualitas hati, mata, dan telinga manusia sehingga tidak terjerumus kedalam neraka jahanam bahkan menjadi bahan bakarnya. Sebagaimana firman Allah swt (Al-A’raf 179):
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Ayat ini sangat jelas untuk dipahami, bahwa manusia yang tidak mau memahami, melihat, dan mendengar ayat-ayat Allah maka jatuhlah martabatnya laksana hewan ternak bahkan lebih terhina dari hewan ternak. Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka jahanam adalah akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah. Padahal kepercayaan pada keesaan Allah itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri, lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.
Mereka juga tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi, sebagaimana difirmankan Allah ini.
“Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai” (Rum:7).
Dalam kurban kita diajari untuk ringan tangan dan ikhlas demi kebaikan sesama. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa Islam sangat menghargai nilai nilai kemanusiaan. Islam, karenanya, sangat anti terhadap kekerasan dan ketidakadilan. Segala hal yang melibatkan kekerasan dan kesewanang wenangan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Kita berharap dengan semangat berkurban akan melahirkan manusia-manusia mutaqin yang mampu menguburkan sifat-sifat kebinatangan pada diri mereka, pemimpin yang mampu hidup dalam kesederhanaan, pemimpin yang amanah, mampu menjadi uswahtun hasanah sehingga mampu mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa yakni negeri yang berkedaulatan, mandiri, berkeadilan, sejahtera, dibawah lindungan Allah swt. “Baldatun Thoyyibatun warobbun ghoofur”.
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun"
(q.s.saba: 15)
Jamaah sekalian…akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah swt agar kita semua diberikan keberkahan hidup di hari baik dan bulan baik ini, kita berdoa juga semoga bangsa kita bangsa Indesia ini dijadikan Bangsa yang besar, sejahtera, berkeadilan dibawah ampunan Allah swt. Dan semoga kita diberikan kemampuan menjadi insan yang memiliki kemampuan untuk sederhana dalam kehidupan dan mampu memiliki sifat al-ma’un.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: