BABELPOS.ID, TOBOALI - Angka putus sekolah setiap tahun menjadi pekerjaan rumah (PR) tersendiri bagi pemerintah tanpa terkecuali Pemkab Bangka Selatan (Basel).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Bas, Elfan Rulyadi menyampaikan, anak putus sekolah di Basel rata-rata karena orang tuanya pindah kerja.
"Jadi mereka putus sekolah faktor mengikuti orang tua mereka yang pindah pekerjaan ke daerah lain," ungkapnya.
Di Basel, rata-rata orang tua mereka bekerja sebagai penambang Tambang Inkonvensional (TI) sehingga nomaden.
"Jadi kalau masih ada timah mereka bisa menetap, kalau sudah habis timahnya mereka akan pindah ke daerah lain," ujarnya.
"Saat mereka pindah ke daerah lain, anggota keluarganya dibawa, orang tuanya tidak mengurus surat pindah anaknya, akhirnya mereka tidak bersekolah di daerah baru tersebut," terangnya.
BACA JUGA:13 Sekolah di Basel Terapkan Inovasi Pengolahan Sampah
Meski angka putus sekolah di Basel bisa dibilang tidak terlalu banyak, tetapi bagi Dindikbud tetap saja jadi perhatian.
"Satu saja yang putus jadi masalah untuk kami. Terkadang kita tidak tahu apa faktornya, tiba-tiba mereka tidak masuk sekolah selama berhari-hari, akhirnya ketika ditanya oleh pihak sekolah ternyata mengikuti orang tua mereka yang pindah pekerjaan," tuturnya.
Dijelaskannya, UU mengatur setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya.
"Dalam undang undang saja sudah diatur hak anak dalam pendidikan, karena dengan pendidikan tumbuh kembang anak, potensi, serta kecerdasannya sangat berpengaruh ke anak," ujarnya.
Karenanya Elfan Rulyadi menghimbau kepada orang tua murid yang pindah pekerjaan ke daerah lain, agar mengurus surat pindah anak juga ke sekolah.
"Agar di tempat yang baru mereka bisa melanjutkan sekolah, karena support serta peran orang tua kepada anak merupakan salah satu faktor tumbuh kembang anak yang baik," tandasnya. (*)