BABELPOS.ID, KOBA - Berdasarkan Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor Kep 10/M.PPN/HK/02/2021 tentang penetapan perluasan Kabupaten/Kota fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi 2022, Kabupaten Bangka Tengah bersama Kabupaten Belitung dan Belitung Timur serta Kota Pangkalpinang di Provinsi Bangka Belitung menjadi Kabupaten/Kota perluasan Lokasi Fokus (Lokus) dalam percepatan penurunan stunting.
Pemilihan dan perluasan lokus stunting ini didasarkan pada sejumlah indikator, seperti jumlah balita stunting, prevelensi stunting serta tingkat kemitraan.
Wakil Ketua TPPS Bangka Tengah, Eva Algafry mengatakan cakupan akan terus diperluas secara bertahap hingga tahun 2023 akan mencakup 514 Kabupaten/Kota dalam RPJMN pada tahun 2024 angka prevelensi stunting nasional ditargetkan sebesar 14 persen.
BACA JUGA:Ketua PKK Bateng : Jika Posyandu Aktif dan Fungsinya Optimal, Stunting Bakal Zero
BACA JUGA:Tahun 2022, Bateng Targetkan Penurunan Stunting Hingga 16 Persen
Salah satu bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah untuk mengimplementasikan intervensi penurunan stunting terintegrasi dengan menetapkan keputusan Bupati Bangka Tengah Nomor : 188.45/197.2/BAPPELITBANDA/2022 tentang pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPS) di Kabupaten Bangka Tengah.
"Tahun 2022 ini kita membentuk 6 TPS di kecamatan dan 63 TPS di desa dan kelurahan, TPS ini diharapkan memberikan kontribusi dalam penguatan kerangka konvergensi yang harus dilakukan dengan kelembagaan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting," ungkapnya kepada babelpos.id pada Rabu (7/12/2022).
Dikatakan Eva, percepatan penurunan stunting adalah upaya yang dilaksanakan secara konvergen holistik integratif dan berkualitas melalui kerja sama multisektor, baik di pusat maupun di daerah dalam penanganan stunting antara lain melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif.
BACA JUGA:Bateng Miliki 140 Posyandu, Eva Algafry : Kita Malu Masih Punya Kasus Stunting
BACA JUGA:Cegah Kematian Ibu dan Anak, Dinkes Bateng : Proses Lahiran Jangan ke Dukun
"Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang mempunyai kontribusi sekitar 30% dalam pencegahan stunting," jelasnya.
"Sementara intervensi gizi sensitif adalah kegiatan yang berhubungan dengan tidak langsung yang umumnya berada diluar persoalan kesehatan yang dilakukan melalui berbagai sektor, seperti penyediaan air minum dan sanitasi, pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi serta peningkatan akses pangan bergizi," tambahnya.
BACA JUGA:Gelar Rakor Penghulu se-Bateng, Algafry Imbau Tak Nikahkan Anak di Bawah Umur
BACA JUGA:Usung Tema Kenali Anak Sejak Dini, Gebyar Anak PAUD Bateng Berlangsung Semarak
Ia mengatakan berbagai literatur menyatakan bahwa intervensi gizi sensitive memiliki kontribusi lebih besar yakni 70% dalam upaya pencegahan stunting.