Anggaran yang disediakan lumayan besar, USD 20 miliar (Rp 311 triliun). Kabarnya sebagian dari dana tersebut merupakan hibah, sebagian lagi merupakan pinjaman bagi Indonesia. Targetnya adalah memensiunkan secara dini pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nol emosi ketenagalistrikan pada tahun 2050, saat populasi manusia di planet bumi ini mencapai 9,7 miliar jiwa (kini 8 miliar jiwa).
“Bersama-sama, kami berharap dapat memobilisasi dana USD 20 miliar untuk mendukung Indonesia mengurangi emisi dan mengembangkan energi terbarukan,” kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Bali minggu lalu. Tentu saja Bos negeri Paman Sam itu akan mendukung Indonesia, apalagi teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Babel menggunakan teknologi perusahaan Amerika Serikat, ThorCon International PTE yang sudah mendapat lisensi dari kementerian energi negara itu. Bagi Babel, keputusan KTT G20 ini, bagaikan gayung bersambut.
Tinggal bagaimana pintar-pintarnya birokrat di Babel untuk melobi Pemerintah Pusat agar kebagian dari dana USD 20 miliar tersebut sebagai dana transisi energi yang sedang berlangsung di Babel. Dimana PLTD yang ada di Babel secara bertahap akan berpindah ke PLTT. Tentu jangan sampai ada pihak yang merasa dirugikan yang sudah melakukan investasi. Karena PLTD di Babel akan mati adalah sebuah keniscayaan alam. Hanya soal waktu saja. Keputusan sudah dibuat secara internasional, hanya menunggu implementasinya saja di Indonesia. Bravo Babel. ***