BABELPOS.ID, KOBA - Beberapa waktu terakhir ini, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Bangka Tengah begitu marak terjadi, sehingga membuat Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Bangka Tengah (Bateng) berkomitmen ingin menyembuhkan trauma perempuan dan anak-anak korban kekerasan seksual.
Mirisnya, beberapa kasus tersebut terjadi di lingkungan terdekat korban, seperti keluarga, tetangga dan lainnya.
BACA JUGA:Kasus Pencabulan Anak Marak di Bateng, Akademisi UBB Angkat Bicara
Kepala Unit (Kanit) PPA Satreskrim Polres Bangka Tengah, Bripka Asra Jumeini, mengatakan bahwa dalam satu bulan terakhir terdapat empat kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.
"Peristiwanya beragam, ada yang korbannya anak kandung sendiri, terus ada juga yang korbannya adalah seorang anak remaja disabilitas dan yang terakhir kemarin dari seorang ibu-ibu yang diperkosa oleh tetangganya sendiri," ujar Asra kepada babelpos.id pada Selasa, (27/9/2022).
BACA JUGA:Dijanjikan Es Krim, Remaja 15 Tahun Cabuli Bocah 4 Tahun
Ia menilai, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang ada di Bangka Tengah pada tahun ini bisa jadi lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Jika tahun sebelumnya tindak asusila ini banyak terjadi di Kecamatan Lubuk Besar, tapi tahun 2022 ini nampaknya banyak di Kecamatan Sungaiselan," tuturnya.
BACA JUGA:Keterlaluan! Anak Sedang Tidur Dalam Mobil Dicabuli
Ia menuturkan ada beberapa hal yang membuat tindakan asusila bisa terjadi dan memangsa korban, khususnya anak-anak. Misalnya, kurangnya pengawasan orang tua dalam mengawasi anaknya saat bermain gadget.
"Saat ini kan akses informasi jadi lebih mudah, tapi terkadang itu justru menjadi bumerang, karena kurang kontrol dari orang tua, sehingga banyak anak-anak yang mengakses konten-konten dewasa dan negatif," ujarnya.
BACA JUGA:Astaga! Ayah Ini Malah Jadi Terdakwa Gegara Tampar Pelaku Pencabulan Anaknya
Dikatakan Asra, jika tidak dibarengi dengan edukasi dan penjelasan yang baik, maka anak tersebut akan lebih mudah dipengaruhi dan berpotensi menjadi korban predator seksual.
Selain itu, faktor pendidikan juga dinilai cukup berpengaruh, baik pendidikan anak maupun orangtuanya. Pasalnya, kurangnya edukasi seksual yang diajarkan atau diterima anak akan membuatnya lebih mudah terjerumus menjadi korban tindakan asusila.
BACA JUGA:Bejat!!! Kakek 65 Tahun Cabuli Bocah Tujuh Tahun