BUMDes dan Ekonomi Lokal: Kunci Ketahanan Fiskal Daerah

Anggraeni Yunita --Foto: ist
Oleh: Anggraeni Yunita
Dosen FEB, Prodi Akuntansi
___________________________________________
Krisis ekonomi global yang terjadi berulang kali dalam dekade terakhir telah menyadarkan kita akan pentingnya membangun ketahanan fiskal yang kokoh di tingkat daerah. Ketergantungan berlebihan pada dana transfer pusat dan sektor ekonomi tertentu membuat banyak daerah rentan mengalami guncangan finansial ketika kondisi makroekonomi memburuk. Di tengah tantangan ini, peran ekonomi lokal dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) muncul sebagai solusi strategis untuk memperkuat fondasi fiskal daerah.
Ketahanan Fiskal: Lebih dari Sekadar Angka
Ketahanan fiskal daerah tidak hanya tercermin dari besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau surplus anggaran semata. Ketahanan fiskal yang sejati harus dibangun atas diversifikasi sumber pendapatan, stabilitas ekonomi lokal, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan kondisi eksternal.
Dalam konteks inilah, pengembangan ekonomi lokal menjadi kunci utama. Ekonomi lokal yang kuat menciptakan multiplier effect yang signifikan. Ketika Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berkembang pesat, dampaknya tidak hanya dirasakan dalam bentuk peningkatan pajak daerah dan retribusi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya memperkuat basis ekonomi daerah secara keseluruhan.
BUMDes: Instrumen Pemberdayaan yang Belum Optimal
BUMDes sebagai badan usaha yang dikelola oleh desa memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Data Kementerian Desa menunjukkan bahwa hingga tahun 2023, terdapat lebih dari 50.000 BUMDes di seluruh Indonesia dengan aset total mencapai triliunan rupiah.
Namun, masih banyak BUMDes yang belum mampu berkontribusi optimal terhadap perekonomian daerah. Permasalahan utama yang dihadapi BUMDes antara lain keterbatasan kapasitas sumber daya manusia, akses permodalan yang terbatas, dan belum terintegrasi dengan program pembangunan ekonomi daerah secara menyeluruh. Padahal, jika dikelola dengan baik, BUMDes dapat menjadi katalis yang menggerakkan sektor-sektor ekonomi strategis di tingkat desa dan kecamatan.
BACA JUGA:2025: Tahun Ketika Keajaiban Ekonomi Indonesia Diuji
BACA JUGA:QRIS Solusi Tingkatkan Penerimaan Daerah
Strategi Sinergi untuk Penguatan Fiskal
Penguatan ketahanan fiskal daerah melalui ekonomi lokal dan BUMDes memerlukan pendekatan yang sistematis dan terintegrasi.
1) pemerintah daerah perlu mengembangkan peta ekonomi lokal yang komprehensif untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dan potensi yang belum termanfaatkan. Pemetaan ini menjadi dasar untuk menyusun strategi pengembangan ekonomi yang tepat sasaran.
2) Pengembangan ekosistem kewirausahaan melalui program inkubasi bisnis, pelatihan keterampilan, dan fasilitasi akses pembiayaan. BUMDes dapat berperan sebagai penghubung antara UMKM lokal dengan lembaga keuangan, sekaligus menyediakan layanan pengembangan bisnis yang dibutuhkan wirausaha lokal.
3) Integrasi BUMDes dalam rantai nilai ekonomi daerah. BUMDes tidak boleh beroperasi secara terpisah, melainkan harus terintegrasi dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Misalnya, BUMDes yang bergerak di bidang pertanian dapat dikaitkan dengan industri pengolahan makanan, pariwisata desa, atau perdagangan hasil pertanian.
Inovasi Model Bisnis BUMDes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: