Mengelola Perubahan Ekonomi di Bangka Belitung, Tantangan dan Peluang di Era Turbulensi

Mengelola Perubahan Ekonomi di Bangka Belitung, Tantangan dan Peluang di Era Turbulensi

M. Makhdi --Foto: ist

Manajemen perubahan merupakan suatu pendekatan sistematis untuk bertransisi dari kondisi yang ada saat ini menuju kondisi yang diinginkan di masa depan. Model manajemen perubahan yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin terdiri dari tiga fase: Unfreezing (mencairkan status quo), Moving (melakukan perubahan), dan Refreezing (membekukan perubahan)Dalam konteks ekonomi daerah, model ini dapat digunakan untuk menata kembali kebijakan ekonomi yang lebih adaptif terhadap perubahan eksternal seperti gejolak harga komoditas dan ketidakstabilan geopolitik global,dan menawarkan kerangka praktis untuk memahami dan mengelola perubahan di dalam organisasi —sangat relevan sebagai panduan untuk mengelola transformasi di tingkat birokrasi, politik, dan organisasi secara lebih efisien.

Perubahan bukan hanya masalah internal an sich, tetapi juga terkait dengan faktor eksternal yang kompleks. Kemajuan teknologi, perubahan iklim ekonomi global, dan ketidakstabilan geopolitik merupakan beberapa alasan eksternal yang mendorong kebutuhan untuk beradaptasi. Selain itu, di dalam organisasi, sering kali terjadi resistensi terhadap perubahan, baik pada tingkat individu maupun kolektif. Dalam konteks ini, kepemimpinan transformasional yang kuat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan proses perubahan. Pemimpin tidak hanya harus mampu menjadi inisiator yang mengkomunikasikan visinya secara efektif, tetapi juga bertindak sebagai pengarah yang memandu organisasi melalui setiap fase perubahan.

Tahap Pertama: Unfreezing (Mencairkan)

Tahap pertama dari proses perubahan adalah unfreezing, atau mencairkan keadaan yang ada atau mencairkan status quo yang ada. Dalam konteks Bangka Belitung, tahap ini melibatkan penciptaan kesadaran di antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta tentang perlunya perubahan ekonomi untuk menghadapi tantangan global yang ada. Ketergantungan yang berlebihan pada sektor pertambangan harus diatasi melalui sosialisasi tentang pentingnya diversifikasi ekonomi dan pembangunan sektor-sektor baru yang lebih tahan terhadap fluktuasi pasar global.

Dalam konteks organisasi dan pemerintahan, menciptakan kesadaran bahwa perubahan adalah kebutuhan yang tidak terhindarkan menjadi sangat penting untuk menjaga produktivitas di tengah keterbatasan anggaran.Tanpa kesadaran ini, resistensi terhadap perubahan akan semakin kuat, menghambat transformasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Di sinilah peran kepemimpinan transformasional sangat krusial. Pemimpin daerah harus mampu membangun kesadaran di kalangan pemangku kepentingan mengenai urgensi perubahan dan memotivasi mereka untuk mengatasi resistensi. Komunikasi yang efektif dan transparan tentang manfaat diversifikasi ekonomi serta risiko yang muncul jika pola lama dipertahankan harus menjadi bagian integral dari strategi awal perubahan ini.

BACA JUGA:Gen-Z Lebih Lemah Dari Generasi Sebelumnya, Benarkah?

BACA JUGA:Keterampilan Esensial Seorang Akuntan agar Sukses di Era Digital

Pada fase unfreezing, ada beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan: Pertama, Membangun Kesediaan untuk Berubah: Sering kali, resistensi terhadap perubahan muncul karena ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui atau kehilangan kontrol atas situasi. Pemimpin transformasional harus menciptakan kesadaran akan perlunya perubahan melalui komunikasi yang jelas dan transparan. Di tengah tantangan global dan penurunan harga komoditas. Untuk itu, berbagai pemangku kepentingan, terutama Aparatur Sipil Negara (ASN), harus disiapkan untuk menerima perubahan tersebut dengan terbuka.

Kedua, Mengurangi Resistensi Terhadap Perubahan: Salah satu aspek penting dalam tahap unfreezing adalah melemahkan kekuatan penghambat (retarding forces). Ini bisa berarti mengurangi resistensi yang bisa datang dari individu atau kelompok yang merasa terancam oleh perubahan, atau dari sistem birokrasi yang sudah terbiasa dengan cara kerja lama. Untuk mengatasi hal ini, pemimpin harus bersikap terbuka terhadap umpan balik dan siap melakukan penyesuaian jika diperlukan. Komunikasi yang terus-menerus dan keterlibatan aktif dari seluruh anggota organisasi sangat penting untuk mengatasi resistensi ini.

Ketiga, Membangun Kepercayaan dan Motivasi: Kepercayaan adalah fondasi dari setiap perubahan yang sukses. Pegawai dan pemangku kepentingan lainnya perlu diyakinkan bahwa perubahan yang diusulkan akan membawa hasil yang lebih baik. Untuk itu, pemimpin harus membangun rasa percaya di antara anggota organisasi dengan cara mendengarkan kekhawatiran mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada, dan menunjukkan komitmen terhadap keberhasilan proses perubahan. Meningkatkan motivasi melalui penghargaan dan pengakuan terhadap upaya perubahan juga merupakan kunci untuk menjaga semangat di tahap awal ini.

BACA JUGA:Pemanfaatan IPAH Sebagai Solusi Kekurangan Air Bersih di Desa Saing

BACA JUGA:DEMOKRASI SERUMPUN SEBALAI

Tahap Kedua: Moving (Berubah)

Setelah kesadaran akan perlunya perubahan tercipta, tahap selanjutnya adalah moving, yaitu melakukan perubahan nyata. Pada tahap ini, pemerintah daerah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan strategi diversifikasi ekonomi. Langkah-langkah ini dapat mencakup: (1) Reformasi birokrasi dan peningkatan tata kelola sektor pertambangan: Salah satu masalah utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung adalah inefisiensi dalam birokrasi dan tata kelola sektor pertambangan. Proses perizinan tambang yang lambat dan kurang transparan telah menghambat investasi di sektor ini. Oleh karena itu, reformasi birokrasi yang menyederhanakan proses perizinan dan meningkatkan transparansi sangat penting untuk menarik kembali minat investor.

(2) Diversifikasi ekonomi melalui pengembangan sektor pertanian dan perikanan: Sektor pertanian dan perikanan di Bangka Belitung telah menunjukkan potensi besar untuk tumbuh lebih lanjut. Peningkatan produksi komoditas unggulan seperti lada, kelapa sawit, dan karet dapat menjadi salah satu strategi utama untuk mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan. Selain itu, pengembangan infrastruktur yang mendukung akses ke pasar internasional untuk komoditas ini juga perlu menjadi prioritas.

(3) Pengembangan sektor pariwisata: Bangka Belitung memiliki potensi pariwisata yang besar, terutama dengan keindahan alam dan keunikan budaya lokalnya. Pengembangan infrastruktur pariwisata seperti akses transportasi yang lebih baik, hotel, dan fasilitas wisata lainnya dapat meningkatkan daya tarik provinsi ini sebagai tujuan wisata, yang pada gilirannya akan meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap PDRB.

(4) Dukungan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM): Peningkatan daya saing UMKM juga penting untuk memperluas basis ekonomi Bangka Belitung. UMKM yang bergerak di sektor-sektor seperti pengolahan hasil pertanian, kerajinan, dan industri kreatif dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal jika didukung dengan akses permodalan, pelatihan, dan infrastruktur yang memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: