Penyelundupan Timah Sudah Terjadi Sejak Zaman Kolonial Belanda

Penyelundupan Timah Sudah Terjadi Sejak Zaman Kolonial Belanda

Peta Penjyelundupan Timah Zalam Belanda.-sreenshot-

BABELPOS.ID.- Baru-baru ini terkuak dan berhasil ditangkap upaya penyelundupan timah ke luar Bangka Belitung (Babel).  Terjadinya upaya itu dapat ditebak biasanya tak lepas dari tengah terpuruknya kondisi pertimahan di daerah ini.

Dengan kata lain, penyelundupan itu adalah 'hal biasa' terjadi ketika pertimahan dinilai te4ngah tak menguntungkan.

Hal yang cukup menarik adalah, tindakan penyelundupan itu juga ternyata juga sering terjadi ketika di zaman kolonial Belanda.

Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP,ECH, selaku Sejarawan dan Budayawan Babel Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I Jayowikramo (Tahun 1724-1757), penyelundupan Timah terjadi karena perbedaan harga yang mencolok antara Timah yang dibeli sultan dan VOC dengan harga Timah yang dijual di pasaran bebas dengan harga sekitar 15 Dolar Spanyol perpikul (selisih 5 dolar Spanyol).  Di samping itu hasil Timah di Pulau Bangka juga berkurang akibat perang saudara di Bangka antara Sultan Mahmud Badaruddin I Jayowikramo dengan abangnya Sultan Anom Alimuddin yang berkedudukan di Kubak Bangka pada Tahun 1731. 

BACA JUGA:Rumah Buyung Belitung Digerebek Terkait Kasus Timah, Heboh di Media Online

''Pada Tahun 1755 dilakukan pembaharuan kontrak Timah dengan VOC yang berisi ketentuan, bahwa semua Timah dari Bangka harus diserahkan kepada VOC dan tidak dibenarkan menjualnya kepada bangsa lain. 

Pada Masa Sultan Ahmad Najamuddin I Adikusumo (Tahun 1757-1776) adalah masa keemasan pertimahan di pulau Bangka dan sultan menerapkan hukuman mati bagi pelaku penyelundupan Timah akan tetapi pada masa selanjutnya, yaitu masa sultan Muhammad Bahauddin (Tahun 1776-1803)  pulau Bangka mengalami masa sulit karena diserang oleh Bajak Laut yang menamakan dirinya Rakyat dan Lanun pada Tahun 1792/1793, hal ini disebabkan karena lemahnya VOC dan sultan Palembang mengamankan wilayah laut pulau Bangka akibat terjadinya perang gerilya laut yang dilakukan oleh Kesultanan Riau Lingga. dibantu oleh Depati Karim (Bapaknya Bahrin dan kakeknya Depati Amir) seorang depati dari Jeruk pulau Bangka,'' ujar Elvian. 

Perampokan terhadap parit parit pertambangan Timah dilakukan oleh Bajak laut dan perdagangan gelap serta penyelundupan Timah terjadi secara besar besaran di pulau Bangka. Wilayah Penyelundupan dan perdagangan gelap yang paling baik adalah di Tanjung Air Mas di Teluk Jebus. Dalam catatan W. Millburn, dalam Oriental Commerse, London: Black, Parry and Co. 1813. 

BACA JUGA:KIP Mitra PT Timah Nambang di Laut Permis, Rajik & Sebagin, Begini Harapan Masyarakat Terdampak

Pada halaman 348-349 dinyatakan: 

“The Sultan and the Dutch Resident live at Palembang: with the latter some business may be transacted; in case he should decline trading, you must endeavour to find out the agents of the Princes of Banca, and those of the Caranga, or Prime Minister, who have always carried on an illicit trade, in opposition to the Dutch and the Sultan. Some Dutch cruisers are usually stationed here, under pretence of protecting the Sultan, and enforcing his laws; but more with a view of prevtoting bis trading with any either nation . Access, however, may be had to the Datoo at Mintow, on obseving certain ceremonies, which the commander of the Dutch cruisers expect from strangers. The price of tin varies from 16 to 18 Spanish Mlbf per pecul, and is generally weighed with the Chinese cotchin, or steelyards. It is necessary to over through some of the slabs of tin, as it frequently happens that iron shot and stones are in the middle of them. Opium is usually brought by the country ships frequenting these Straits; but nothing will secure tin but Spanish dollars. There is another place for tin, called Yre Mass, at the north end of Banca; and you deal chiefly with the Captain Chinaman, who resides there. 

Maksudnya kira-kira: 

“Sultan dan Residen Belanda tinggal di Palembang: dengan yang terakhir ini beberapa urusan dapat ditransaksikan; jika dia menolak berdagang, Anda harus berusaha mencari tahu agen-agen Pangeran Banca, dan agen-agen Caranga, atau Perdana Menteri, yang selalu melakukan perdagangan gelap, yang bertentangan dengan Belanda dan Sultan. Beberapa kapal penjelajah Belanda biasanya ditempatkan di sini, dengan dalih melindungi Sultan, dan menegakkan hukumnya; tetapi lebih dengan tujuan untuk mencegah perdagangan dengan negara mana pun. Namun, akses mungkin didapat ke Datoo di Mintok (Mentok), untuk mengamati upacara-upacara tertentu, yang diharapkan oleh komandan kapal penjelajah Belanda dari orang asing. Harga timah bervariasi dari 16 hingga 18 dolar Spanyol per pikul, dan umumnya ditimbang dengan dacing Cina, atau steelyards. Hal ini diperlukan untuk menembus beberapa lempengan timah, seperti yang sering terjadi di tengahnya terdapat campuran besi dan batu. Opium biasanya dibawa oleh kapal-kapal negara yang sering mengunjungi Selat ini; tapi tidak ada yang bisa mengamankan timah selain dolar Spanyol. Ada tempat lain untuk timah, yang disebut Yre Mass, di ujung Utara Banca; dan Anda terutama berurusan dengan Kapiten China, yang tinggal di sana”. Tampaknya penyelundupan dan perdagangan gelap Timah sudah terorganisir dengan rapi melibatkan perangkat Keresiden Belanda dan para menteri rangga serta para kepala rakyat di Mentok. 

Kemudian diperjualbelikan juga opium di pulau Bangka, dan pada saat transaksi Timah harus diteliti dengan baik karena Timah sering dicampur dengan besi dan batu.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: