DARI KAPITULASI TUNTANG KE TRAKTAT LONDON
Akhmad Elvian--
Nama Duke of York’s Island ini hampir tidak dikenal dan tidak populer di masyarakat karena kekuasaan Inggris yang begitu singkat di Pulau Bangka. Sebagai pemegang kekuasaan diangkat Kapten Mears sebagai Residen yang meliputi Bangka dan Palembang. Inggris di bawah Kapten Mears yang berusaha membentuk Pax Brittanica berusaha untuk menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II yang lari ke Bailangu, Akan tetapi dalam upaya menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II, Residen Meares tertembak di Bailangu dan meninggal di Muntok pada tanggal 16 September 1812. Kapten Mears kemudian digantikan oleh Mayor William Robison dan selanjutnya Mayor William Robison karena bermasalah dengan Raffles digantikan oleh Mayor MH Court. Pada Masa kekuasaan Inggris Pulau Bangka dijadikan atas tujuh distrik. Pembagian distrik ini lebih cenderung didasarkan kepada pembagian wilayah eksplorasi atau pertambangan timah, dibandingkan pada pembagian wilayah berdasarkan kepentingan pemerintahan. Distrik penambangan timah yang didirikan pada waktu Inggris berkuasa di Pulau Bangka meliputi Distrik Pangkalpinang termasuk Koba, Distrik Jebus termasuk Klabat, Sungaibuluh, Mampang dan Tainam, Distrik Belinyu termasuk Lumut dan Klabatlaut, Distrik Sungailiat termasuk Mapur dan Lampur, Distrik Merawang, Distrik Toboali termasuk Kepoh dan Distrik Muntok.
Untuk meningkatkan produksi dan memperkenalkan cara baru penambangan timah di Pulau Bangka, Gubernur Jenderal Inggris di Batavia Thomas Stamford Bingley Raffles mengutus Dr. Horsfield. Langkah pertama yang dilakukan Inggris di Pulau Bangka adalah menarik hati rakyat Bangka dengan menghapus sistem pajak Timah Tiban dan Tukon yang dianggap tidak adil oleh Inggris karena hanya dibebankan kepada orang pribumi Bangka. Pemerintah Inggris kemudian mengadakan perundingan dengan kepala kepala parit dan kongsi kongsi penambangan untuk meningkatkan produksi timah di Pulau Bangka dan kemudian disepakati tentang harga timah yang dijual ke Inggris sebesar 6 ringgit sepikul, bebas dari ongkos melebur dan mengangkut dan pelunasan hutang oleh kepala kepala parit dan kongsi kongsi penambangan kepada pemerintah, selanjutnya pemerintah Inggris akan membangun gedung gedung dan tanur tanur untuk peleburan Timah, sementara ongkos penyelenggaraan parit parit penambangan timah ditanggung oleh kepala parit, kemudian Pemerintah Inggris menentukan harga padi sebesar 3 ringgit sepikul dan penentuan harga harga barang kebutuhan lainnya dengan harga yang layak. Dr. Horsfield disamping mempelajari masalah tentang pertimahan juga mempelajari tentang masyarakat Pulau Bangka. Horsfield pada tahun 1813 mencatat, bahwa dimasa itu orang pribumi Bangka yaitu Orang Darat atau Orang Gunung dan Orang Laut masih sedikit dipengaruhi oleh Islam.
Pada masa Inggris berkuasa terjadi perlawanan terhadap Inggris di Distrik Toboali termasuk Kepoh. Perlawanan rakyat tersebut dipimpin oleh Raden Kling yang masih bertalian darah dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dan mereka berhasil membunuh Inspektur tambang Inggris di Toboali bernama Brown. Inggris mengerahkan tentaranya ke Toboali dan kemudian Raden Kling menyingkir ke Pulau Belitung dan terus melanjutkan perjuangan dibantu oleh Depati Belitung. Pada masa kekuasaan Inggris di Pulau Bangka produksi timah yang dihasilkan dari tahun 1812 hingga tahun 1814 hanya sekitar 26.670 pikul ( 1 pikul berkisar sekitar 60 kilogram).
Runtuhnya kekuasaan Napoleon Bonaparte di Eropa menyebabkan negara-negara Eropa harus menata kembali wilayah yang menjadi koloninya diberbagai belahan dunia. Dalam menata kembali daerah jajahannya, Belanda dan Inggris pada tanggal 13 Agustus 1814 merumuskan persetujuan yang dituangkan dalam Traktat London. Pemerintah Kerajaan Belanda berdasarkan Traktat (konvensi) London kembali berkuasa atas Indonesia. Seluruh proses serah terima daerah kekuasaan antara Inggris dan Belanda berdasarkan perjanjian atau Traktat London dilakukan antara M. H. Court sebagai perwakilan Inggris dengan K. Heynes yang mewakili Kerajaan Belanda. Serah terima dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 1816 di Muntok. Pulau Bangka diserahkan pemerintah Inggris kepada Kerajaan Belanda sebagai ganti Cochin yang terletak di Kerala India. Serah terima ini jelas sekali menunjukkan, bahwa Pulau Bangka pada waktu itu merupakan Bandar dan tempat yang strategis bagi Inggris dan Belanda di kawasan Pulau Sumatera dan Indonesia Bagian Barat.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: