Lemah Bilong & Lemah Jari

Lemah Bilong & Lemah Jari

Ahmadi Sofyan - Penulis Buku /Pemerhati Sosial Budaya--

Seorang pemimpin ditengah masyarakat adalah panutan semua kalangan. Ia milik semua orang bukan milik orang-orang tertentu apalagi hanya orang-orang yang pernah membantu. Seorang pemimpin berdiri di tengah untuk mengayomi dan menjadi ratu adil bagi semua pihak bukan harus memihak. Disinilah pentingnya seorang pemimpin untuk mendengar semua suara, baik suara pujian, cacian, sumbang bahkan hingga yang tak bersuara. Setelah itu ia baru memutuskan apa dan bagaimana bertindak yang tepat.

Untuk tidak menjadi pemimpin kategori “lemah bilong” dan “lemah jari”, harus hindari pujian yang berlebihan karena itu akan menumbuhkan embrio “penucok lulong” alias penjilat. Dekatkan diri pada orang-orang yang kontra, ajak bicara, ajak diskusi, ajak ngobrol, ajak bercanda dan sebagainya. Pemimpin adalah orang kuat yang pastinya bisa melemahkan kekuatan lawan dengan cara yang elegan.

Pemimpin yang “lemah bilong” plus “lemah jari” akan memiliki mudhorat besar bagi orang yang dipimpinnya. Begitu gampang menganiaya, menzholimi bahkan tak peduli yang dizholimi adalah ulama sekalipun. Pemimpin yang “lemah bilong” adalah pemimpin yang tak memiliki daya intelektual yang mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Tipikal pemimpin “lemah bilong” akan mudah dirasuki dan dibisiki oleh orang-orang yang memiliki kepentingan sesaat tanpa ia sadari karena kebodohannya. Apalagi yang membisiki adalah orang-orang yang 

memiliki kepentingan pribadi maupun golongan. 

So, tak heran jika seseorang menjadi pemimpin memiliki kelemahan yakni “lemah bilong” atau pun “lemah jari” akhirnya pada titik tertentu, akan melahirkan perilaku salah menempatkan mana pahlawan mana pengkhianat bajingan, mana orang terhormat dan mana orang bejat, mana abdi negara mana beban negara, mana pengabdian mana penguasaan, mana penegak hukum mana penguasa hukum dan penjual hukum, mana yang terhormat dan mana yang terlaknat, mana yang sedang hebat dan mana yang sedang tersesat, mana pengamat mana penjilat, mana sang pendobrak mana sang perusak,  mana intelektual mana pengobral, mana pelopor mana pengekor, mana hasil kerja keras mana hasil kerja memeras, dan sebagainya.

***

NAH, kalau dulu di zaman belum maraknya media sosial, seseorang yang mudah terpengaruh oleh bisikan orang lain disebut oleh masyarakat Bangka dengan sebutan “lemah bilong”, maka bisa jadi di era digital dan media sosial ini orang yang muda terpengaruh oleh berita hoax dan begitu mudah men-share berita yang belum jelas kebenarannya disebut dengan “lemah jari”. Makanya jika dulu ada istilah “Mulutmu Harimaumu” maka sekarang ini pun ada istilah “Jarimu Harimaumu”. Pemilu sebentar lagi, jaga kamu punya jari.

Ingat, bilong alias telinga alias kuping adalah salah satu panca indera penting, oleh karenanya, jangan pernah meremehkan persoalan “bilong” kala itu menjadi pemimpin. Ingat, jari adalah salah satu anggota tubuh yang sangat berarti, maka jagalah jari! Jangan begitu gampang tuk menari. 

Salam Bilong!

Salam Jari!(*)

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: