Kering! Embung Yamin Seperti Lapangan Bola, Anggaran Besar, Tapi Seperti Tak Ada Manfaat

Kering! Embung Yamin Seperti Lapangan Bola, Anggaran Besar, Tapi Seperti Tak Ada Manfaat

Embung Yamin di Desa Rias kering dampak musim kemarau.--Ilham

BABELPOS.ID, TOBOALI - Imbas musim kemarau tahun ini, ratusan petani Desa Rias Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan (Basel) mengalami gagal panen. Pasalnya embung Yamin yang menjadi sumber pengairan sawah petani di Rias kering total.

Terpantau di lapangan banyak tanah yang retak dan berlumpur akibat kekeringan. Bahkan masyarakat sampai mengatakan seperti lapangan bola dan sangat memprihatinkan.

Diketahui penbangunan Embung Yamin telah menelan anggaran mencapai Rp11.307.357.800. Dana itu menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dengan masa kerja selama 270 hari dimulai sejak tanggal 22 Januari 2022.

BACA JUGA:Fenomena El Nino Sawah Banyak Kekeringan, DPPP Basel Atur Pengelolaan Air

BACA JUGA:Hama Blas Serang Sawah Rias, Petani Terancam Gagal Panen

Warga Desa Rias Mawardi mengatakan, sudah banyak keluhan petani terkait embung tersebut yang lebih mirip seperti lapangan sepakbola karena benar - benar kering dan tandus dengan banyak retakan tanahnya.

"Tinggal pasang gawang saja mas, gak berfungsi embungnya saat ini," ujarnya, Selasa (17/10).

Disebutkannya, bahwa produktifitas petani sekarang ini memang tergantung dari embung tersebut dan imbas dari keringnya embung Yamin banyak petani yang mengalami gagal panen.

BACA JUGA:Tinjau Sawah Desa Rias, Dandim Berharap Jadi Lumbung Beras Bangka Belitung

BACA JUGA:Pemkab Basel Tak Cetak Sawah Tahun 2023, Ini Alasannya

Padahal Desa Rias telah dicanangkan menjadi kawasan lumbung pangan beberapa tahun lalu, Namun dengan kondisi terkini pencanangan tersebut dinilai tidak sesuai dengan para ekspektasi petani, padahal masyarakat berharap pembangunan Embung Yamin bisa menjadi penyuplai kebutuhan air bagi petani Desa rias pada musim kemarau. 

"Alih-alih sebagai penyuplai air, Embung itu justru kering terlebih dahulu dan dulu sebelum di keruk embung tersebut tak kering walaupun kemarau, tapi sekarang malah kering," terangnya.

Lebih lanjut, pada waktu sebelumnya petani serta warga setempat telah melakukan pertemuan dengan kepala dusun, guna membahas permasalahan Embung Yamin yang mengalami kekeringan dan fenomena kekeringan tersebut seolah pemerintah melakukan pembiaran.

"Seolah - olah embung tersebut tak ada manfaatnya sekarang, kering kerontang tetapi dananya lumayan besar sekitar Rp 20 M sejak dari tahun 2021 untuk embung tersebut," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: