Kajian Politik Identitas Antar Ibrahim Sandang Gelar Guru Besar UBB
Prof Dr Ibrahim bersama Prof Dr Agung Dhamar Syakti DEA selaku Anggota Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB)--
BABELPOS.ID, BALUNIJUK - Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Prof Dr Ibrahim M.Si resmi menyandang gelar Guru Besar bidang Ilmu Politik lewat prosesi pengukuhan dalam Rapat Terbuka Senat UBB pada Rabu (25/1) tadi pagi. Digelar di halaman gedung Rektorat UBB dalam sidang Senat UBB yang dipimpin Dr Devi Valeriani.
Hadir juga ribuan tamu undangan menyaksikan pengukuhan pertama Guru Besar UBB, diantaranya Penjabat Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin, Ketua DPRD Babel H Herman Suhadi dan seluruh unsur forkompimda provinsi, kabupaten maupun kota serta instasi lainnya.
Penetapan Guru Besar pada Rektor UBB ini sesuai SK Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) RI Nomor 124/M/07/2023. Kajian yang membawa Ibrahim menyabet gelar Guru Besar ini, yaitu Konstetasi Elektoral dalam Bayang-bayang Politik Identitas : Dari Instrumentasi, Inosensi ke Konsolidasi Demokrasi.
Dalam kesempatan itu, pidato yang disampaikan Prof Dr Ibrahim ini, adalah sebuah problematika kebangsaan yang sepertinya amat sangat penting untuk dicermati bersama, karena menyangkut banyak hal. Baik menyentuh aspek individual, komunal maupun nasional.
"Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam setiap gelaran pemilu/pilkada, identitas selalu menjadi persoalan krusial karena menjadi alat mobilisasi isu yang amat riskan untuk menimbulkan keretakan sosial di tengah-tengah kita," ungkapnya.
Identitas, lanjut Ibrahim, yang awal mulanya sebagian given, menjadi alat ampuh untuk menolak, dan saling menegasi. "Taruhan akan perpecahan ini amat sangat besar karena menyangkut komitmen kebangsaan kita dan penghargaan atas keberagaman," sebutnya.
Ia juga menambahkan, mungkin banyak pihak yang tidak menyadari bahwa politik identitas dalam politik elektoral akan berdampak pada aspek kehidupan lainnya, yang berpotensi bergeser dari produk politik menjadi produk keseharian dan pada titik ini disadari juga bahwa politik identitas bersifat destruktif.
"Pada dimensi yang lebih luas, politisasi identitas terkoneksi oleh gagasan idealisasi demokrasi, dimana kita sejauh ini menyepakati bahwa ruhnya masih harus kita perjuangkan," ungkapnya.
Oleh sebabnya, ia menaruh perhatian pada isu ini. Disamping karena ia menjadi salah satu kajian utama pada riset-riset yang dilakukannya.
"Saya ingin sekali mengajak kita semua untuk memahami setiap proses politik, baik elektoral maupun non elektoral, secara objektif," imbuhnya.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: