Pangkak
Ahmadi Sofyan - Penulis Buku /Pemerhati Sosial Budaya--
Perkembangan teknologi dan modernisasi yang kian berkembang membuat kebiasaan dan budaya baru ditengah kehidupan sosial masyarakat kita. Kesibukan masyarakat modern dalam mencari kehidupan, baik itu kekayaan, kejayaan (gengsi), popularitas, ketokohan, kemapanan dan sebagainya membuat kehidupan sosial menjadi begitu rapuh.
Kesibukan yang luar biasa inilah ternyata membuat kehidupan sosial kemasyarakatan kita menjadi mudah di “latto-latto”-kan oleh berbagai kepentingan. Riak-riak perpecahan begitu nampak dan emberio saling mencurigai sudah sangat jelas.
Padahal, kita semua menyadari bahwa pondasi kemajuan sebuah negara, lingkungan, organisasi, perserikatan, himpunan dan sebagainya adalah kebersamaan dan kepercayaan.
Gesekan, benturan dan “bepangkak” yang akhirnya menimbulkan suara menjadi “kebisingan” sosial kemasyarakatan. Kemajuan teknologi yang setiap orang bisa “mendadak wartawan” dengan menyebarkan segala berita dan kejadian menambah “kebisingan” kehidupan sosial kemasyarakat di Indonesia. Ketidakcerdasan dalam menyikapi sesuatu dan rasa saling mencurigai satu sama lain adalah fenomena sosial kekinian yang terjadi di Indonesia. Hilangnya kepercayaan terhadap apapun dan siapapun membuat masyarakat kita begitu mudah di-“Latto-Latto”-kan.
Beberapa fenomena “Latto-Latto” yang menyebabkan “kebisingan sosial” yang terjadi ditengah masyarakat kita saat ini: (1) Maraknya Buzzer di media sosial sebagai pemain “Latto-Latto” dan sengaja dibiarkan berkembang biak oleh Pemerintah dan Aparat Hukum. (2) Berbagai kasus UU ITE menunjukkan bahwa betapa ketidakbijakan masyarakat dalam bermedia sosial. (3) Aparatur Pemerintah yang tidak berwibawa bahkan cenderung menikmati “kebisingan” sosial. (4) Selalu muncul fenomena viral dan disanjung-sanjung, yakni yang paling sensasional, bukanlah lagi karya, intelektual dan kebermanfaatan. (5) Bermunculan Cendikiawan dan Ulama saling ber-“latto-latto” ria sehingga menjadi tontonan bukan lagi tuntunan.
Nah, kehidupan sosial sebetulnya dimulai dari kehidupan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga pastinya berpengaruh dengan cara pandang dan kehidupan masa lalu dengan orangtua. Cara pandang kehidupan (mental) sangat dipengaruhi oleh pendidikan (intelektual), lingkungan (sosial) dan kemampuan mengolah rasa (spiritual).
Jangan mau di-“latto-latto”-kan alias di-“pangkak”.
Salam Pangkak!(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: