Molen: Santri Penjaga Martabat Kemanusiaan

Molen: Santri Penjaga Martabat Kemanusiaan

--

BABELPOS.ID, PANGKALPINANG - Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil menjadi inspektur upacara dalam peringatan hari santri nasional. Sesuai tema hari santri, Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan, Molen berharap mereka dapat menjaga hal itu.

Wako Molen menjelaskan, penetapan hari santri yang merujuk pada resolusi jihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 yang diperingati sebagai hari pahlawan.

BACA JUGA: Ketika TI Ilegal Disidang Pengadilan.. Penambang Terdakwa, Cukong DPO

"Setelah ditetapkan 2015 lalu, setiap tahun rutin diselenggarakan peringatan hari santri," katanya.

Menurut dia, santri tidak pernah tidak ketika negara memanggil. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara. Ketika Indonesia dijajah para santri turun ke Medan laga, berperang melawan penjajah.

BACA JUGA: Penggunan Pakaian Adat di Sekolah Jangan Memberatkan Orangtua

"Menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu didoakan kiai Subchi Tarakan Temanggung, mereka tidak gentar melawan musuh,” ungkapnya.

Resolusi jihad yang digelorakan Kiai Hasyim Asy’ari juga membakar semangat pemuda-pemuda Surabaya melawan Belanda. Di Semarang, para santri juga turut di garda depan perjuangan. 

BACA JUGA: Tiga Importir Bahan Obat Sirup Diusut, Simak 23 Produk Aman Menurut BPOM

Pada Masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka, santri juga tidak absen. KH. Wahid Hasyim, ayah KH Abdurrahman Wahid, adalah salah satu santri yang terlibat secara aktif dalam pemerintahan di awal-awal kemerdekaan. Dialah, bersama santri-santri, dan tokoh-tokoh agama lainnya turut memperjuangkan kemaslahatan umat agama-agama di Indonesia. 

Sementara, pasca kemerdekaan Indonesia, santri lebih semangat lagi memenuhi panggilan ibu pertiwi. Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, selain juga agama. 

BACA JUGA: Stop Eksport Timah, Apa Siap? Jujurlah

Catatan-catatan di atas menunjukkan bahwa santri dengan segala kemampuannya bisa menjadi apa saja. Sehingga mengasosiasikan santri hanya dengan bidang ilmu keagamaan saja tidaklah tepat. 

“Santri sekarang telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian bermacam-macam, bahkan mereka menjadi pemimpin negara. Meski bisa menjadi apa saja, santri tidak melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Santri selalu mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap perilakunya,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: