Tragedi Kanjuruhan, Sepak Bola Paling Berdarah di Dunia

Tragedi Kanjuruhan, Sepak Bola Paling Berdarah di Dunia

--

Sementara itu Menko PMK Muhajir Efendi datang ke Rumah Sakit Kanjuruhan untuk melihat dari dekat penanganan korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. 

Untuk diketahui rumah sakit ini merupakan tipe B, ada keterbatasan dalam penanganan.

"Sekarang kita fokus dulu ke korban, tanggapi insiden, nanti kita rekonstruksi kejadiannya, nanti polisi yang melakukan investigasi sembari menunggu petunjuk presiden," tuturnya seraya menyampaikan duka cita mendalam.

Menpora Zainuddin Amali mengutuk keras terhadap tragedi ini. "Saya sangat prihatin atas kejadian ini. Apalagi lantaran tidak terima timnya kalah, Ini olah raga itu ada yang menang dan kalah ya harus belajar menerima kekalahan," tandasnya.

"Saya prihatin dan menyesalkan, apalagi korbannya banya. Ini pelajaran bagi kita untuk tidak terulang lagi di mana saja. Saya minta PSSI dan LIB untuk segera melakukan investigasi," paparnya. 

Namun beredar kabar korban meninggal menembus 153 orang. Rincian jumlah ini beredar di group telegram PSSI, Minggu pagi 2 Oktober 2022.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri.

Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri.Sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat.

Menurutnya, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.

Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.

Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. "Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tambahnya.

Ditambahkannya laga di Stadion Kanjuruhan berjalan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa. 

Kekecewaan ini yang memantik mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.

Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: