Elly Akui Dapat Keluhan Keberadaan Tambak Udang

Elly Akui Dapat Keluhan Keberadaan Tambak Udang

PANGKALPINANG - Untuk sekian kalinya keberadaan tambak udang dikeluhkan. Kali ini keluhan tersebut disampaikan langsung ke Staf Khusus Gubernur Bangka Belitung (Babel) bagian Lingkungan Hidup, Elly Rebuin. Mempunyai posisi di pemerintahan, Elly pun mengaku merespon keluhan ini. Ia tak menampik, usaha budidaya tambak udang ini merupakan primadona baru untuk perekonomian di Babel. Namun perlu evaluasi untuk menangani permasalahan yang terjadi antara perusahaan tambak udang dengan masyarakat. \"Ya saya perlu, apa itu bentuknya tim atau pansus (panitia khusus) untuk mengevaluasi keberadaan tambak udang ini, agar ada solusi,\" ungkapnya dalam jumpa pers, Senin (14/6) kemarin. Perihal pengaduan ini pun akan disampaikannya ke Gubernur Babel, Erzaldi Rosman. Dirinya ikut prihatin dengan usaha perkebunan sawit milik Yusliyadi yang terletak di kawasan pantai Tanjung Langka, Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Diduga banyak tanam tumbuh sawit Yusliyadi mati sebelum panen karena penguapan kolam tambak udang. Namun demikian, keberadaan tambak udang sendiri juga menjadi penompang perekonomian Babel. Banyak tenaga kerja yang terserap disana. Oleh sebab itu, menurut staf khusus bidang lingkungan hidup ini, perlu solusi untuk permasalahan ini agar tidak ada masyarakat yang dirugikan atas aktivitas tambak udang. \"Kita tidak memusuhi, tapi kita cari solusi. Saya akan laporkan ke Pak Gubernur bahwa perlu adanya hal yang lebih terbuka, dan duduk bersama dalam menyikapi kerusakan lingkungan yang diduga dari aktivitas tambak udang baik itu yang secara tidak langsung merugikan masyarakat,\" tuturnya. Sementara, Yusliyadi mengaku perkebunan sawit itu milik keluarga dan sumber kehidupannya sehari-hari. Lebih dari 10 tahun ia rintis kebun seluas 8 hektare tersebut tanpa ada gangguan. Namun sejak berdirinya tambak udang, kebunnya tepatnya tahun kemarin satu per satu pohon sawit rusak. \"Karena letaknya memang bersampingan dengan tambak udang,\" ungkapnya. Secara kekeluargaan pun telah ia tempuh. Sayangnya ganti rugi yang diinginkan dirinya hingga saat ini belum dipenuhi oleh perusahaan tambak udang. \"Sempat saya ditawarkan bantuan pupuk untuk tanaman pohon sawit namun saya menolak. Selanjutnya saya minta agar pihak pengelola tambak udang itu mengganti kerugian senilai Rp7 juta dengan pola pembayaran dibayar setiap kali petik buah sawit. Namun sampai saat ini belum juga ada respon dari pihak pengelola tambak itu,\" sesalnya. (jua)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: