BABELPOS.ID, PANGKALPINANG - Prodi D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang menggelar kegiatan In House Training for Nursing yang berjudul "Terapi Komplementer Bekam dalam Intervensi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus".
Kegiatan yang selenggarakan di Aula Lantai 3 Gedung A Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang ini diikuti seluruh Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang.
Direktur Poltekkes Pangkalpinang, Akhiat, SKM., M.Si, yang pada kesempatan kali ini diwakili oleh Wakil Direktur II, Nurhayati, M.Kes, menyatakan sangat mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang.
"Kegiatan yang di lakukan oleh Prodi Keperawatan ini saya rasa nyata kebermanfaatannya, karena selain menambah ilmu pengetahuan, kegiatan ini juga meningkatkan skill dosen maupun mahasiswa dalam melakukan terapi-terapi yang bersifat komplementer. Saya selaku pimpinan tentunya selalu mendukung, terutama dari segi birokrasi dan administrasi.
Seluruh kegiatan ini di danai oleh DIPA Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang dan saya berterimakasih karena Prodi Keperawatan telah membantu dalam hal penyerapan realisasi anggaran peningkatan kapasitas dosen dan mahasiswa. Berkaryalah Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang, jayalah selalu Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang," kata Nurhayati dalam keterangan resminya, Rabu (3/7/2024).
Ketua Jurusan Keperawatan, Erni Chaerani, S.Pd., MKM mengatakan bahwa, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membekali para tenaga pendidik dan kependidikan mengenai salah satu jenis terapi komplementer khususnya bekam.
“Bedasarkan jurnal-jurnal evidence based practice, bekam terbukti efektif sebagai salah satu tindakan preventif dan promotif dari berbagai macam penyakit seperti kolesterol, asam urat, dan bahkan badan pegal-pegal," jelas Erni.
Hal tersebut juta di benarkan oleh pemateri In House Training yaitu Ns. Aris Setyawan, S.Kep., MHPE. Aris mengatakan bahwa bekam juga dapat menjadi tindakan rehabilitatif.
“Pasien saya ada yang mengalami gagal ginjal kronik, dengan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi, rutin di bekam selama 3 bulan, setelah itu saat cek lab lagi, turun nilai kadar ureum dan kreatininnya," ucap Aris.
Pada hari pertama, kegiatan diisi dengan materi mengenai sejarah bekam, anatomi dan fisiologi tubuh manusia, konsep sehat dan sakit, standar operasional prosedur bekam serta kesehatan dan keselamatan kerja termasuk kedalamnya prinsip sterilisasi alat-alat bekam.
Selain itu dibahas juga mengenai tatalaksana terapi bekam berdasarkan konsep keperawatan terutama untuk pasien diabetes mellitus.
“Terapi Bekam sudah masuk ke dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yang artinya memang sudah di akui bisa menjadi salah satu intervensi keperawatan untuk menangani suatu penyakit.
Bekam juga terbukti efektif dalam membantu menurunkan kadar gula darah pada pasien dengan Diabetes Mellitus. Saya juga memiliki pasien dengan Diabetes Melitus yang rutin berbekam, dan gula darahnya cenderung stabil," jelas Aris.
Namun Aris menjelaskan bahwa ada beberapa poin penting yang harus di cermati jika hendak melakukan bekam pada pasien diabetes mellitus.
“Kita sudah mengetahui patofisiologi dari penyakit DM, sehingga kita juga paham bahwa pasien DM memiliki sifat jika memiliki luka sulit sembuh, terutama di bagian akral seperti kaki. Sehingga untuk pasien bekam, wajib hukumnya membekam di area sekitar jantung, tidak boleh membekam di area kaki. Selain itu usahakan maksimal 5 titik saja, untuk meminlimalisir terjadi perlukaan pada pasien DM," katanya.