Dikatakan Aris, untuk mempraktikan bekam, diperlukan pemikiran kritis dan kemampuan untuk menentukan titik-titik penting yang memang aman dan perlu untuk di bekam.
“Poin penting dalam membekam itu adalah menentukan titik yang memang harus di bekam. Kita sebelumnya harus paham dahulu mengenai patofisiologi penyakitnya, mempertimbangkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien. Lalu menganilisis titik yang perlu di bekam berdasarkan panduan titik bekam. Usahakan titik yang di bekam adalah titik yang bisa mengurangi keluhan nyata dan yang sedang terjadi pada pasien. Lebih baik melakukan bekam dengan titik bekam sedikit namun rutin, daripada melakukan bekam dengan titik bekam yang banyak namun hanya sesekali," jelas Aris.
Di hari kedua, setiap peserta di berikan kasus untuk di analisis bersama mengenai titik mana yang harus di bekam berdasarkan keluhan, Setelah berdiskusi mengenai kasus, seluruh peserta in house training diminta untuk melakukan praktik terapi bekam.
Sebelumnya, narasumber melakukan demonstrasi terlebih dahulu yang dimulai dari pengkajian mengenai keluhan pasien, implementasi bekam dan evaluasi.
Ada beberapa teknik bekam yang sering di lakukan berdasarkan panduan, namun teknik bekam yang di demonstrasikan oleh narasumber yaitu bekam basah dengan langkah Cupping-Puncture-Cupping.
Setelah itu, setiap peserta diminta untuk langsung melakukan praktik bekam dengan pasien masing-masing minimal 5 titik.
Karena itu, Aris menambahkan, melalui kegiatan ini diharapkan setelah mengikuti in house training ini, setiap peserta dapat mengaplikasikan ilmu bekamnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan lupa setelah melakukan bekam, alat harus di cuci bersih dan di sterilkan, karena rawan terjadi penularan penyakit terutama pada bekam basah, karena kita menusuk dan mengeluarkan darah pasien. Dan beritahu juga pada pasien kita agar jangan mandi minimal 2 jam pasca bekam dan jangan makan-makanan berlemak terlebih dahulu," imbuh Aris.
Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan, Ns. Dudella Desnani Firman Yasin, S.Kep., M.Kep menambahkan, bahwa ada tantangan dalam melakukan praktik bekam ini.
“Sebetulnya tindakan bekam ini tidak terlalu sulit, tidak seperti melakukan tindakan hecting atau pemasangan CVC yang memerlukan keterampilan khusus, namun jika belum terbiasa agak tricky juga, karena saat kita melakukan cupping, jika tarikan kurang kuat, cup nya terjatuh, jika terlalu kuat maka pasien kesakitan.
Selain itu, saat melakukan puncture atau penusukan, jika terlalu dalam maka mengenai vena, sehingga darah yang keluar terlalu banyak, dan itu sebetulnya tidak boleh, jika terlalu dangkal, darah kotornya tidak keluar, dan malah hanya memberikan rasa sakit pada pasien. Maka harus benar-benar tepat dalam melakukan tindakan bekam ini," tutup Dudella.