BABELPOS.ID - Tomat yang biasa dijadikan sambal, sayuran atau jus ternyata berkhasiat banyak bagi kesehatan. Tak hanya bermanfaat bagi jantung, tomat juga ternyata dapat membantu mencegah dan mengelola hipertensi.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan Desember 2023 di European Journal of Preventive Cardiology, tomat mengandung potasium atau kalium, nutrisi yang dikenal membantu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi efek natrium dalam tubuh.
“Tomat adalah salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi, tersedia secara luas, dan terjangkau di seluruh dunia. Makanan ini termasuk bagian penting dari beberapa diet terbaik termasuk diet Mediterania," kata penulis studi Rosa Maria Lamuela-Raventos, PharmD, seperti disiarkan Health, Selasa (2/1).
BACA JUGA:Jangan Pakai Kosmetik Kadaluarsa, Ini Akibatnya
BACA JUGA:Kamu Makan Pakai Tangan? Ini Manfaatnya
Untuk sampai pada temuan itu, para peneliti melibatkan lebih dari 7.000 orang dewasa di Spanyol yang berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Mereka meminta para peserta menyelesaikan kuesioner tentang gaya hidup dan status kesehatan mereka, serta kebiasaan makan, termasuk konsumsi tomat.
Konsumsi tomat harian termasuk makan tomat mentah atau produk tomat, seperti saus tomat dan gazpacho atau sup tomat dingin Spanyol.
BACA JUGA:Libur Telah Tiba, Jaga Makan Anda, Awas Kolesterol!
BACA JUGA:5 Makanan Ini Bikin Kulit Glowing
Kemudian, konsumsi tomat peserta dikategorikan menjadi empat kelompok, berdasarkan ukuran porsi yakni terendah (kurang dari 44 gram), menengah (44–82 gram), menengah atas (82–110 gram) dan tertinggi (lebih dari 110 gram).
Hasilnya, ditemukan konsumsi tomat yang lebih banyak menurunkan risiko darah tinggi sebesar 36 persen, dan bahkan konsumsi tomat dalam jumlah sedang pun memiliki efek menurunkan tekanan darah.
Sementara itu, perubahan yang kurang signifikan ditemukan pada peserta dengan tekanan darah tinggi.
Para peneliti berpendapat hal ini mungkin disebabkan fakta orang-orang tersebut berusia lebih tua dan memiliki tekanan darah tinggi yang sudah berlangsung lama serta faktor risiko lainnya, sehingga membuat perubahan signifikan menjadi lebih sulit.
BACA JUGA:Diabetes Tak Bisa Disembuhkan, Tapi...