Oleh: Dr. Reniati, SE.,M.Si
Ketua ISEI Cabang Pangkalpinang-Koordinator Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Ketua Program Studi Magister Manajemen FE UBB
Perkembangan Kondisi Ekonomi Terkini
Ibarat naik pesawat, saat ini turbulensi atau goncangan yang kita alami semakin melemah, ada secercah harapan menuju kepada kestabilan tapi tetap waspada dan hati-hati dalam memegang kendali bisnis. Peluang bisnis tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi saat ini, dan tentunya juga trendnya di masa lalu. Kondisi ekonomi sendiri harus dicermati di tiga level yaitu terkait ekonomi global, nasional dan regional. Dari data yang disampaikan oleh IMF (2023) menunjukkan bahwa perekonomian global sesuai prediksi yaitu sebesar 2,7%, tetapi memang ada pergeseran sumber pertumbuhan. Awalnya dari berbagai Lembaga Survey menyampaikan bahwa Tiongkok akan memiliki pertumbuhan yang tinggi, ternyata tidak sesuai yang diduga. Pertumbuhan Amerika Serikat dan beberapa negara maju di Eropa lebih baik dari perkiraan demikian juga dengan Jepang yang diperkirakan akan lebih baik. Sebaliknya Tiongkok mengalami perlambatan.
Untuk kondisi Nasional sendiri kita patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi tetap baik yang didukung oleh peningkatan permintaan domestik konsumsi Rumah Tangga dan Investasi. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mendukung ketahanan eksternal Indonesia. Nilai Rupiah juga terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia. Inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari perkiraan. Kondisi ini tentunya menciptakan iklim bisnis yang makin menggairahkan bari para pelaku usaha.
Sistem Pembayaran Digital dan Peluangnya
Sistem pembayaran tunai dan non tunai terus meningkat di tengah normalisasi mobilitas masyarakat. Tantangan dari sisi permintaan transaksi digital terus meningkat, namun transasksi offline juga meningkat seiring normalisasi aktivitas ekonomi masyarakat. Selanjutnya terkait memastikan dukungan system pembayaran yang cemumuah (cepat, mudah, murah, aman, andal) baik itu BI-Fast, QRIS, SNAP dan reformasi regulasi system pembayaran, dalam menjaga momentum pemulihan. Disisi lain dari sisi supply ada dua tantangan pertama digitalisasi Sistem Pembayaran, khususnya perbankan terus menguat dan kedua proses restrukturisasi perusahaan e-commerce dan fintech sedang berlangsung.
Penggunaan digital payments untuk transfer semakin meningkat, transaksi digital banking utamanya masih digunakan untuk transaksi transfer, khususnya transfer interbank (pangsa 62,56%). Transaksi UE server based untuk transfer terus meningkat, semakin mengimbangi transaksi belanja. Rata-rata nilai transfer Rp. 91 rb/transaksi. Dibandingkan dengan kanal digital banking, penggunaan UE server based sebagai media transfer cenderung ditujukan untuk transaksi bernominal kecil. Pada Triwulan II-23 QRIS mayoritas digunakan pada sektor restoran dan hotel, makanan dan minuman selain transportasi dan komunikasi.
Sedangkan dari sisi Metode pembayaran e-commerce pada Triwulan II 2023 secara umum masih didominasi oleh transfer bank dan CoD/Tunai. Volume terbesar adalah CoD/Tunai dan uang elektronik. Nominal terbesar adalah transfer bank dan uang elektronik dan ticket size tertinggi adalah kartu kredit dan transfer bank, terendah CoD dan uang elektronik. Ini artinya Masyarakat Indonesia masih lebih memilih metode pembayaran CoD/Tunai dan uang elektronik dibandingkan dengan metode pembayaran lainnya.
Strategi Bisnis Kedepan
Digital Payment sudah menjadi life style bagi bisnis saat ini, selain memberikan kemudahan kepada konsumen karena lebih cepat dan lebih efisien juga memberikan keuntungan kepada para pelaku bisnis untuk mengontrol pemasukan dan memastikan penjualan sudah dibeli secara cash atau kredit. Bisnis yang sudah menyiapkan berbagai system pembayaran digital akan lebih diminati oleh konsumen. Hal ini karena saat ini konsumen juga sudah mulai jarang memiliki uang dalam bentuk cash di dompetnya. Mereka merasa lebih aman menyimpan uangnya di mobile banking atau dalam bentuk lain seperti ovo, shopee pay dan lain-lain.
Selain menyediakan system pembayaran yang lebih variative, strategi kedepan adalah tetap menyiapkan produk yang berkualitas, karena produk yang berkualitas akan self talk berbicara sendiri tanpa perlu melakukan promosi yang besar-besaran. Selanjutkan adalah melakukan efisiensi disetiap lini produksi dan pemasaran sehingga biaya bisa lebih ditekan. Keunggulan terkait efisiensi biaya produksi menjadi kata kunci yang paling moncer untuk meningkatkan daya saing sebuah produk. Selanjutkan adalah memiliki kemitraan dengan berbagai lini stakeholder bisnis. Lentur dalam melakukan inovasi, karena sering kita mudah ditiru tapi dengan inovasi tak henti kita menjadi tidak tertandingi (business sustainability).
Strategi terakhir ini banyak dilakukan oleh para pelaku UMKM yang sekarang sudah naik kelas dan Go ekspor. Pada tanggal 26-29 Juli 2023 yang lalu Bank Indonesia telah mengajak para akademisi (termasuk penulis) dan para peneliti dari Lembaga Penelitian berbagai Universitas untuk langsung menyaksikan UMKM yang telah berhasil dengan program kemitraan di Kota Batu Malang. UMKM tersebut didirikan oleh seorang ibu yang luar biasa yaitu Ibu Luki Budiarti dengan mendirikan CV. Arjuna Flora yang sudah melakukan ekspor berbagai macam bunga kering ke Jepang dan negara-negara lain. Kemudian Bersama Masyarakat sekitar mendirikan Gapoktan Mitra Arjuni yang mengolah berbagai snack dari buah-buah dan sayur-sayuran. Sebuah kolaborasi dan kemitraan yang luar biasa antara Bank Indonesia dengan para pelaku UMKM. Tidak hanya dari sisi manajemen dan tata Kelola bisnisnya, termasuk juga cara meningkatkan kapasitas organisasi bisnis untuk ekspor dan juga implementasi system pembayaran yang sudah bervariasi dan berbasis digital mulai diterapkan.
Matahari Terbit di Malang, 29 Juli 2023. (*)