Ia menambahkan, rendahnya pemberian ASI eksklusif dari orang tua, MPASI yang kurang baik dan belum maksimalnya intervensi secara spesifik dan sensitif.
"Itu yang menjadi alasan angka stunting di Bangka Tengah naik, kemudian ada juga isu kendala permasalahan stunting di Bangka Tengah seperti kunjungan balita di posyandu yang masih kurang," ujarnya.
BACA JUGA:Ketua PKK Bateng : Jika Posyandu Aktif dan Fungsinya Optimal, Stunting Bakal Zero
Banyaknya perwakilan usia dini, sarana sanitasi dasar serta masih rendahnya pemahaman dan pengetahuan ibu atau masyarakat tentang pemenuhan gizi.
Oleh karena itu, menurut Annas, penanganan stunting ini harus dilakukan melalui lintas sektor.
"Misalnya untuk Dinkes melakukan intervensi kepada ibu hamil ataupun anak dengan memberikan tablet tambah darah dan lain semacamnya," ujarnya.
BACA JUGA:Tahun 2022, Bateng Targetkan Penurunan Stunting Hingga 16 Persen
Kemudian, sektor-sektor lainnya seperti permasalahan air bersih, sanitasi yang layak, pengentasan permukiman kumuh, kondisi lingkungan dan masih banyak lagi.
"Maka dari itu, penanganan stunting ini butuh kerjasama semua lini sektor, tidak bisa hanya pada satu sektor saja," ucapnya. (*)
BACA JUGA:Jadi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi 2022, Bateng Bentuk 6 TPS Kecamatan dan 63 TPS