BABELPOS.ID, KOBA - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah (Dinkes Bateng) mencatat angka kasus stunting (kondisi gagal tumbuh pada anak) per tahun 2022 di wilayahnya mencapai 328 orang anak usia 0 sampai dengan 59 bulan.
Diketahui, data tersebut didapatkan dari hasil aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) yang dilakukan Dinkes Bangka Tengah.
Dari aplikasi tersebut, total sebanyak 11.614 orang anak-anak usia 0-59 bulan yang didata dan diketahui sebanyak 328 orang diantaranya dinyatakan stunting.
BACA JUGA:Angka Stunting di Bangka Tengah Tembus 21 Persen, Pemkab Gelar Remuk Stunting
Subkordinator Promkes Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Bateng, Fitri Yunita mengatakan bahwa angka prevalensi stunting di Bangka Tengah adalah 2,82 persen pada tahun 2022.
Sementara itu, dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kemenkes RI, angka prevalensi stunting di Bangka Tengah tahun 2022 adalah 21,2 persen.
"Memang ada perbedaan angka, karena data yang dari E-PPGBM dilakukan secara by name by address, sedangkan yang dari SSGI adalah data secara umum untuk menentukan lokus stunting di Indonesia," ujar Fitri, Minggu (28/5/2023).
BACA JUGA:Atasi Stunting Lewat Pangan Lokal, DPKP Bateng Gelar Sosialisasi KIE
Ia menerangkan, anak-anak yang dinyatakan stunting adalah anak usia 0-59 bulan atau 0-5 tahun yang tinggi badannya tidak ideal dengan umurnya saat itu.
Dikatakan Fitri, ada banyak faktor yang menyebabkan anak stunting, mulai dari faktor lingkungan, asupan gizi, sanitasi yang buruk dan masih banyak lagi.
"Paling umum itu, karena pola asuh yang tidak baik, terutama pada pasangan suami istri yang menikah pada usia muda atau pernikahan dini," ujarnya.
BACA JUGA:Sungaiselan Lokus Stunting Tertinggi di Bateng, 38 KK Belum Akses Jamban Sehat
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, drg M. Annas Ma'ruf mengatakan ada beberapa hal yang menjadi intervensi untuk penanganan stunting.
"Misalnya pola asuh yang kurang baik yang perlu kita benerin. Kemudian terkait asupan gizi yang kurang pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," tutur Annas.
BACA JUGA:Jadi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi 2022, Bateng Bentuk 6 TPS Kecamatan dan 63 TPS