Oleh: Dato Akhmad Elvian DPMP
Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia.
LEBARAN atau Hari Raya oleh orang Eropa dan pejabat Hindia Belanda disebut dengan Tahun Baru Pribumi (Inlands Nieuwjaar).
-------------------
KEBIASAAN berpakaian serba baru dan menyiapkan makanan serta perayaan yang meriah setidaknya telah dimulai sebelum tahun 1904. Pada gambar terlihat suasana sholat Ied
di Masjid Jami' Mentok (Bangka Barat) dan tampak para pemimpin Republik Indonesia yang diasingkan di Bangka priode 22 Desember 1948-6 Juli 1949 berfoto bersama masyarakat dan suasana sholat Ied yang dijaga ketat oleh pasukan Belanda.
Pilihan menggunakan sungkok dan kain sarung pelekat sebagai busana sholat tampak masih dominan dikenakan. Terkait penentuan hari raya dari zaman Kolonial telah terjadi perbedaan dan oleh sebab itu Hari raya idul fitri ditetapkan 2 Hari penanggalan agar dapat mengakomodir masing masing perbedaan. Penanda waktu bahwa besok adalah hari raya adalah dengan pemukulan beduk di masjid dan surau kampung sebagai penanda. Peran para penghulu, khatib dan modin sangat besar pada saat momentum idul fitri terutama pada saat pelaksanaan sholat ied dan kegiatan nganggung di masjid di kampung kampung di pulau Bangka.
Anak anak juga menyambut idul fitri dengan riang gembira dengan bermain di masjid sambil memukul beduk ketiter dan bermain siram siraman air di bak wudhu. Biasanya kulit beduk sampai pecah dan air wudhu di bak menjadi kering. Suasana serba baru dikatakan oleh orang Belanda sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kesulitan ekonomi pada masa masa berikutnya dan para pejabat pribumi seperti demang dan batin dianjurkan untuk berhemat menggunakan keuangan negara, termasuk untuk menjamu ambtenar ambtenar governement. Suasana meriah tidak hanya dirayakan oleh orang yang berpuasa akan tetapi dirayakan oleh seluruh masyarakat termasuk yang tidak berpuasa.
Kebiasaan memberikan THR belum ada masa ini. Setiap rumah tangga keluarga batih biasanya menyiapkan 3 dulang makanan untuk diantarkan ke masjid setelah sholat Ied dan 2 dulang diantarkan ke rumah orang tua dan mertua. Kegiatan nganggung di masjid dilakukan setelah sholat Ied dan saling kunjung ke keluarga kerabat terdekat dilaksanakan sampai hitungan hari raya keberapa yang ditandai dengan kue kue kering seperti kue rintak sagu, semprong, dan sempret serta kue satu yang dibuat oleh masing-masingrumah tangga seminggu sebelumnya habis di toples ruangan tamu (tinggal gerbeknya).
Untuk penganan seperti ketupat dan lepet dengan lauk pauknya biasanya hanya dihidangkan bagi keluarga yang berkunjung ke rumah. Suasana idul fitri di pulau Bangka sangat meriah bila bersamaan dengan musim mutik sahang. Pasar di Pangkalpinang sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat dari kampung kampung untuk membeli segala macam keperluan yang serba baru. Bila semangat bekerja yang giat dilakukan oleh masyarakat Bangka dapat dipertahankan sepanjang tahun sama seperti giatnya bekerja menjelang penyambutan hari raya tentu sangat luar biasa baik dan dapat meningkatkan profuktivitas dan kemakmuran pada kehidupan masyarakat.***