Efek Domino Rakusnya Kapitalis Terhadap Kemakmuran Warga Kepulauan Bangka

Nabilah Vhaziyya Salsabil --Foto: ist
Oleh: Nabilah Vhaziyya Salsabil
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung
Anggota DPK FT UBB GMNI Babel
___________________________________________
Tambang atau Tumbang?
Sebagai anak muda yang tinggal di pedesaan, hal itu kerap muncul dibenak saya setiap kali melihat pertambangan ilegal yang merusak indahnya danau biru kami. Kadang hidup terasa seperti hanya menyediakan dua pilihan: mau alam indah tapi mati kelaparan, atau hidup tapi alamnya dijajah sampai habis?
Sebagai anak muda yang aktif dan menyukai kegiatan sosial, saya tidak hanya sekali dua kali mendengar bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk provinsi yang makmur dengan kesenjangan sosial yang rendah. Bisa kita lihat, di sepanjang lampu merah kota, sangat jarang saya menjumpai pengemis, bahkan hampir tidak pernah menjumpai manusia silver. Ini membuktikan bahwa masyarakat Bangka masih mampu hidup tanpa harus mengemis.
Namun di balik ketenangan itu, ada luka yang tak terlihat. Masyarakat kecil yang tidak punya akses pada pekerjaan formal atau pendidikan tinggi akhirnya memilih menambang demi bertahan hidup. Sebagian dari mereka menambang secara ilegal, bukan karena ingin melanggar hukum, tapi karena tak ada alternatif. Tidak ada solusi yang nyata. Tidak ada keberpihakan dari atas.
Ya, jalan yang mereka pilih memang tampak salah di mata hukum. Tapi perlu ditegaskan mereka tidak serakah, mereka hanya ingin hidup besok. Mereka yang turun ke kolong, mengeruk tanah dengan alat seadanya, melakukannya bukan karena tamak. Mereka ingin anaknya bisa makan. Mereka ingin listrik menyala malam ini. Mereka ingin dapur mengepul, bukan menadahkan tangan di pinggir jalan. Tapi sayangnya, jerih payah mereka sering dijadikan kambing hitam dalam konflik pertambangan.
BACA JUGA:Rebutan Rekom, Turun ke Warga, Tapi Tukang Pasang Baleho yang Panen Duluan, haaa...
BACA JUGA:Menambang Masa Depan: Kolaborasi Hukum dan Pendidikan Dalam Penegakan Hukum Pertambangan
Permasalahannya bukan hanya pada tambang ilegal. Lebih besar dari itu, kita dihadapkan pada kenyataan pahit mengenai rakusnya para kapitalus. Kasus korupsi timah yang menyeret nama Harvey Moeis dan kawan-kawan hanyalah satu dari banyak potret wajah gelap pertambangan di negeri ini.
Ini fakta, bukan spekulasi semata, ya meskipun awalnya Harvey Moeis di jatuhkan hukuman 6.5 tahun karena prilaku baiknya itu, yang sekarang telah diperberat mempertimbangkan satu dan hal hal lain.
Ini adalah wajah kapitalisme ekstraktif. Mereka tidak menambang untuk makan malam ini. Mereka menambang untuk memperkaya 10 turunan mereka. Ketika alam rusak, rakyatlah yang menanggung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: