Transformasi Ekonomi Bangka Belitung: Langkah Strategis Menuju Kemandirian Fiskal

Transformasi Ekonomi Bangka Belitung: Langkah Strategis Menuju Kemandirian Fiskal

M. Makhdi --Foto: ist

Oleh M. Makhdi

Mahasiswa MM UBB

Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah

___________________________________________

BABELPOS.ID - Masih menjadi perbincangan hangat, setelah Kejaksaan Agung mengungkap kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015-2022. Isu terkait total kerugian lingkungan mencapai Rp 271.069.688.018.700 atau Rp 271 triliun. Sebagai fenomena yang memberikan implikasi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung (Babel), kasus ini memperlihatkan betapa bergantungnya ekonomi daerah tersebut pada sektor pertambangan timah.

Meminjam istilah dari prof. Ibrahim Rektor UBB, “Aon Effect”  dalam mega dampaknya, sebagai momentum tes mental warga Bangka Belitung, momentum transisi pembiasaan dan momentum transformasi sektoral, Inilah momentum mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan timah dan juga ketergantungan atas dana transfer pusat, dengan berupaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah daerah Bangka Belitung.

Upaya diversifikasi ekonomi dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat penting untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung. Berdasarkan sumber data Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Anggaran 2023 saja masuk dalam kategori sedang dengan rincian terdiri dari pendapatan transfer pusat sebesar 60,47% dan  Persentase PAD sebesar 39,53% .

Bahkan kabupaten/kota yang ada dalam propinsi Bangka Belitung kapasitas keuangan fiskal daerah masuk dalam kategori lemah, Dari beberapa daerah kabupaten/kota yang ada, dengan persentase Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi  hanya sebesar 18,41%, sedangkan daerah lainnya memiliki persentase PAD yang lebih rendah. Pendapatan transfer untuk semua daerah kabupaten/kota di provinsi ini sangat tinggi, dengan Kabupaten menerima pendapatan transfer tertinggi sebesar 91,77%. Hal ini menunjukkan ketergantungan yang besar pada pendapatan transfer dari pemerintah pusat.

BACA JUGA:ERZALDI DARI RAKYAT UNTUK BABEL

BACA JUGA:CARA (KITA) MEMBUNUH DEMOKRASI

Dana transfer pusat sebagai salah satu instrumen penting dalam sistem keuangan daerah di Indonesia berperan sebagai alat redistribusi keuangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menyeimbangkan kemampuan finansial antara daerah yang kaya dan miskin. Provinsi Bangka Belitung, seperti banyak daerah lainnya di Indonesia, dalam data  terbaca mengalami ketergantungan yang cukup signifikan terhadap Dana transfer pusat. Ketergantungan ini menimbulkan berbagai tantangan dalam upaya mencapai kemandirian finansial daerah.

Merujuk pada Laporan Perekonomian Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang di keluarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia propinsi Bangka Belitung Tahun 2023, struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tahun 2023 didominasi oleh lima lapangan usaha utama, yaitu Lapangan Usaha Industri Pengolahan (21,72%); Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (19,37); Lapangan usaha Perdagangan besar, Eceran dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor (15,16%); Lapangan Usaha Kontruksi (9,54%); serta Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian (8,38%). Kelima Lapangan Usaha tersebut memiliki pangsa 74,18% terhadap total PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dimana dijelaskan selama lima tahun kebelakang tidak banyak perubahan signifikan lima lapangan usaha utama tersebut dalam  total PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, total PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Lapangan Usaha Industri Pengolahan (21,72%) dari total sendiri ditopang oleh industri pengolahan logam timah dan industri CPO (Crude Palm Oil), dan apabila digabungkan dengan Lapangan Usaha pertambangan dan penggalian (8,38%), dapat dikatakan bahwa dunia pertambangan dan olahannya (dalam hal ini timah) masih dominan dalam lapangan usaha utama (30,1% dari Total PDRB) dan tentu memiliki pengaruh signifikan dalam hajat hidup  sosial ekonomi masyarakat Bangka Belitung.

Lapangan Usaha pertambangan dan olahannya  (timah) yang masih dominan (30,1% dari Total PDRB) cukup menggambarkan dominasi Sektor Pertambangan di Provinsi kepulauan Bangka Belitung, hal ini lah menjadi salah satu penyebab utama ketergantungan Bangka Belitung terhadap Dana transfer pusat. Bangka Belitung dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di dunia. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada satu komoditas ini membawa risiko yang tinggi. Harga timah yang fluktuatif di pasar global menyebabkan pendapatan daerah menjadi tidak stabil. Ketika harga timah turun, PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor pertambangan menurun drastis, sehingga pemerintah daerah harus bergantung pada Dana transfer pusat untuk menutupi kebutuhan anggaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: