Sinergi Mistis dan Manual di Tragedi Terkaman Buaya Bocah Tanah Merah

 Sinergi Mistis dan Manual di Tragedi Terkaman Buaya Bocah Tanah Merah

Malam Hingga Pagi Hari Aparat, warga, keluarga Korban berada di TKP Sembari Melakukan Penelusuran Sepanjang Sungai.--

BABELPOS.ID, NAMANG - Tragedi tewasnya bocah Rafles atau Rafis (11) asal Dusun Tanah Merah akibat diterkam buaya di Sungai Lempuyang, Desa Jelutung, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Jumat (29/9/2023), sekitar pukul 18.00 wib, masih menyisakan cerita.  

Hal yang cukup menyita perhatian dalam tragedi itu adalah kehadiran beberapa pawang buaya dan salah satunya akrab dipanggil Nenek Mesu (Mesu adalah nama Desa tak jauh dari lokasi kejadian, sehingga sang nenek disebut dengan Panggilan Nenek Mesu).

Pada hari H munculnya jenazah sang bocah, semua pawang yang hadir menyatakan bahwa sang bocah akan muncul siang itu.   

Puncaknya, ketika sang Nenek Mesu hadir pukul 11.00 WIB, ia meminta sesuai dengan ritual yang biasa ia lakukan.

BACA JUGA: Tragedi Sungai Lempuyang, Bocah Tanah Merah Korban Buaya Tak Terselamatkan

Camat Kecamatan Namang, Kabupatan Bangka Tengah, Machyudi Saputra yang juga hadir hari itu menceritakan, hadirnya sang Nenek Mesu.

“Iya, tadi ada seorang warga dari Desa Air Mesu yang ikut membantu dan bisa dikatakan ahli dalam hal seperti ini,” tuturnya.

“Awalnya, kita disuruh kosongkan terlebih dahulu lokasi kejadian sekitar pukul 11.30 WIB, setelah selang beberapa waktu dikabarkan bahwa jasad sudah mengapung tepatnya di lokasi kejadian (bocah diterkam.red) kemarin,” terang Camat.  

Meski sang bocah sudah meninggal dunia, namun cepatnya jasad ditemukan --tepatnya terapung-- termasuk langka dan jarang terjadi.  Biasaya minimal 3 hari atau lebih baru muncul.  Itupun kadang jasad sudah tidak utuh lagi.

BACA JUGA:Beberapa Pawang Buaya Turun Bantu Cari Bocah Tanah Merah

Sementara, jasad bocah Rafles ditemukan dalam kondisi utuh, hanya saja terdapat bekas luka gigitan.

“Kondisi jasad Alhamdulillah utuh semua, cuma terdapat luka gigitan di leher dan di betis,” ujar Camat lagi.

Selalu Ada Pawang

Inilah salah satu fenomena yang ada di Provinsi Babel.  Kehidupan sang predator baik itu di sungai, muara, bahkan di kolong-kolong --seperti danau buatan bekas tambang timah-- membuat peristiwa warga yang diterkam buaya nyaris selalu ada di daerah ini.  Ada yang berhasil selamat --karena berhasil lepas dari mulut sang predator di hari yang sama ketika diterkam--, namun tidak sedikit yang meregang nyawa, bahkan sering terjadi ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: