Awas! Daerah di Indonesia Endemis Rabies, Bagaimana Bangka Belitung?

Awas! Daerah di Indonesia Endemis Rabies, Bagaimana Bangka Belitung?

Jumpa pers daring IDAI menanggapi kasus rabies yang terjadi di Indonesia belakangan ini.- FOTO: RianAlfianto/JawaPos.com-

Perhatian Buat Orang Tua! Anak-anak Lebih Rentan Terkena Rabies

PUBLIK kembali dihebohkan dengan kasus rabies yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Di Kalimantan Barat, rabies dikabarkan sudah menelan korban 11 orang. Kemudian ada lagu di Bali, seorang balita perempuan meninggal juga diduga karena digigit anjing rabies.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), saat ini ada 26 Provinsi yang menjadi endemis rabies tapi hanya 11 provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

Lalu, apa itu rabies? Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan yang terinfeksi penyakit rabies. Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing, kelelawar, kucing dan kera. 

Di Indonesia rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat. Terutama anak-anak. Hal ini perlu menjadi perhatian serius buat para orang tua.

Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, Sp. A (K), DTM&H, MCTM(TP) selaku Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan, anak-anak rentan terkena rabies karena rasa ingin tahunya yang masih sangat besar. Rasa penasaran anak ini yang membuat mereka rentan terkena rabies karena interaksi dengan hewan.

"Rabies pada anak yang belakangan ini terjadi tentu sangat memprihatinkan. 40 persen kasus rabies terjadi pada anak dan disebabkan karena gigitan anjing. Kenapa anak-anak? Karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, termasuk ingin bermain dengan binatang," jelasnya saat jumpa pers daring, Sabtu (17/6).

Rasa ingin tahu anak yang besar dan kesukaan terhadap binatang ini yang membuat anak-anak rentan terkena rabies ketimbang orang dewasa. Biasanya, anak-anak memiliki keinginan lebih untuk berinteraksi dengan binatang seperti kucing dan anjing, beberapa hewan mamalia yang sangat rentan membawa virus rabies.

"Semua mamalia bisa terkena rabies, tapi yang paling sering kena rabies adalah hewan anjing. Karena mereka biasanya gemas dan ingin bermain dengan anjing," lanjut dr. Novie.

Tidak hanya anjing liar, anjing peliharaan pun tidak menjamin akan bebas rabies. Hal ini sangat berisiko jika hewan peliharaan tersebut tidak menjalani vaksinasi rabies.

"Virus rabies sendiri bisa menular melalui air liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan yang terinfeksi rabies, hewan yang berisiko tinggi tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies," kata dr. Novie menambahkan.

Gejala masa inkubasi virus rabies sendiri berkisar antara 4 - 12 minggu, setelah masa inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala mirip flu, demam otot melemah, kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan, sakit atau nyeri kepala, demam, mual dan muntah, merasa gelisah, bingung atau terancam tanpa ada penyebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan menelan ketika makan atau minum serta produksi air liur berlebih. 

Kemudian, gejala rabies pada manusia berkembang secara bertahap dimulai dengan gejala awal yang mirip flu lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Meski bisa berakibat fatal, pasien tetap berpeluang sembuh asal segera diobati setelah terpapar virus rabies.

"Intinya kalau anak sudah berinteraksi dengan hewan, kemudian menunjukan gejala-gejala di atas, segera ambil tidakan. Pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan tindakan lanjutan," pungkas dr. Novie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jawapos.com