Romawi Latief, Masjid dan Bangka Belitung

Romawi Latief, Masjid dan Bangka Belitung

Bagja Tito Nugraha S.Sos--

Oleh: Bagja Tito Nugraha S.Sos - Pranata Humas Setwan Kota Pangkalpinang/Cucu Dato' Sri H. Romawi Latief

Catatan Seorang Cucu; Seperti yang pernah penulis tuliskan sebelumnya dalam opini di Babel Pos (30/11/2020), "Atok Romawi, Roem Royen, Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung", mungkin nama Romawi Latief kurang populer di kalangan masyarakat milenial di Bangka Belitung sekarang ini. 

Padahal jika kita mau menilik dan membaca sejarah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maka akan terlihat nama Romawi Latief sebagai salah satu tokoh di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang yang turut andil dalam membangun pondasi tonggak lahirnya provinsi ini.

Selain memperjuangkan berdirinya Provinsi Bangka Belitung yang saat itu menjadi bagian dari wilayah Sumatera Selatan, Romawi Latief sejak muda sudah terlihat talentanya sehingga terpilih menjadi sekretaris pribadi Wakil Presiden Republik Indonesia pertama Muhammad Hatta ketika diasingkan di pulau Bangka. Salah satu kemampuan beliau yang masih jarang dimiliki orang lain kala itu adalah kemampuan stenografi.

Bahkan menurut sejarawan Bangka Belitung Datuk Ahmad Elvian yang menyampaikan kepada penulis bahwa dalam salah satu kelakarnya Bung Karno kepada Romawi Latief pernah mengatakan bahwa seharusnya perjanjian Roem - Royen itu ditulis perjanjian 3R, Roem Royen dan Romawi. Hal ini dikarenakan Romawi Latief adalah salah satu tokoh yang berada di belakang naskah perjanjian Roem Royen yang tidak pernah penulis temukan dalam buku-buku sejarah ketika sekolah, seperti halnya Mohamad Ibnu Sayuti atau lebih dikenal Sayuti Melik yang dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan seorang dosen sejarah di Universitas Indonesia almarhum Doktor Wasith Albar "menantang" jika bisa membuktikan bahwa benar Romawi Latief adalah penulis atau pengetik perjanjian Roem Royen maka ini adalah sejarah baru, seingat saya. Ini belum termasuk peran Romawi Latief pada masa perjuangan fisik melawan pemerintah Belanda.

Yang penulis kenal Atok Romawi adalah figur ayah yang disegani,  sederhana nan agamis di kalangan anak-anaknya. Tidak banyak harta warisan benda peninggalan di rumahnya di daerah kacang pedang atau Kejaksaan Dalam, kecuali kumpulan buku-buku dan kitab-kitab beliau semasa hidup. 

Tidak besar ambisi yang dimiliki seorang Romawi ketika beliau menjabat sebagai camat kala itu, yang notabenenya kalau pejabat lebih mementingkan mengumpulkan harta kekayaan. Atok hanya ingin anak-anaknya kelak semua bisa lulus menjadi sarjana dan naik haji. Dan alhamdulillah berkat ketekunan, kejujuran, kerja keras dan doa, semua cita-cita yang sederhana itu Alhamdulillah telah terwujud kepada kesepuluh anaknya.

Atok juga merupakan salah satu tokoh agama di Bangka Belitung. Selain sebagai pemangku adat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Atok Romawi juga pernah menduduki jabatan Ketua MUI di Pangkalpinang. Sebagai orang tua yang mengerti agama, beliau pun telah menanamkan nilai-nilai tentang pentingnya masjid sebagai pusat peradaban umat Islam yang merupakan pusat komunitas dan berperan sebagai tempat kegiatan ibadah dan pengajaran keagamaan awal setelah keluarga.

Dari nilai-nilai yang ditanamkan tersebut penulis pun akhirnya terinfluence oleh salah satu anak beliau Ahmad Saukad, yang juga menanamkan nilai pentingnya seorang anak laki-laki Melayu melakukan shalat serta memakmurkan masjid.

Penulis melihat bahwa Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan almarhum Atok Romawi. Bahkan saya ingat cerita dari istri saya bahwa anak-anak pada masanya sangat senang dan suka jika Atok Romawi Latif menjadi imam di Masjid Haji Bakri karena bacaan suratnya pendek-pendek disesuaikan dengan kondisi makmumnya.

Sejak memutuskan membantu lahan untuk pendirian IAIN Syekh Abdurrahman Siddiq (SAS), saat itu bernama STAIN dan juga sepetak tanah yang ada di samping IAIN SAS yang akan diwakafkan untuk dijadikan masjid raya maka pihak keluarga pun sadar secara hukum bahwa niat wakaf ini adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum sesuai syariah.

Terkait lokasi tanah wakaf yang akan dijadikan pembangunan masjid raya tersebut penulis menaruh apresiasi yang tinggi dengan penuh hormat kepada para sesepuh, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pejuang pendiri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ingin menamakan masjid tersebut nantinya sesuai dengan nama Atok, yaitu Masjid H. Romawi Latief

Para Datuk ini melihat bahwa penamaan suatu masjid atau tempat tertentu haruslah dilihat dari latar belakang historis, terutama peran orang yang akan namanya dijadikan nama masjid tersebut atau makna dari penamaan nama yang akan digunakan. Seperti penamaan jalan di belakang KPPN, dinamai Jalan Haji Romawi Latif yang diberikan almarhum H. Zulkarnain Karim ketika menjabat Wali Kota Pangkalpinang sebagai penanda peran dan kontribusi Atok bagi Kota Pangkalpinang dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Namun demikian apalah arti sebuah nama yang diambil dari cuplikan dialog dalam novel romantis Romeo dan Julliet karya William Shakespeare, walaupun dalam Islam sebuah nama adalah doa dan kepribadian individu yang menyandang. Seperti pepatah Arab 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: