Maulid Nabi & Riuh Politik
Ahmadi Sofyan - Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya-babelpos.id-
Rasulullah SAW adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada saat itu. Jauh sebelum diangkat menjadi pemimpin sebuah negara, beliau terlebih dahulu berjuang keras memimpin umat di sekitarnya, menjadi teladan dalam keluarga dan lingkungan, karena kepribadiannya yang sangat mulia. Selanjutnya barulah beliau diangkat menjadi seorang pemimpin negara yang memiliki kekuasaan serta kedaulatan penuh kala itu.
Strategi brilian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam meraih kekuasaan adalah dengan mengolah kepribadiannya menjadi sosok manusia yang paling jujur dan amanah di tengah-tengah kehidupan jahiliyah. Setidaknya 4 bidang reformasi yang beliau lakukan adalah tonggak awal kejayaan Islam pada saat itu. Oleh karenanya para pengejar kekuasaan hendaknya mampu melihat dan bercermin dari perilaku dan sejarah politik Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW adalah sosok yang terlebih dahulu lulus berjuang menjadi rakyat yang hidup dalam kesederhanaan, lalu barulah menjadi seorang pemimpin karena kepercayaan rakyat oleh kemuliaan akhlaknya. Pun ketika menjadi pemimpin, kesederhanaan dan kemuliaan dirinya semakin bertambah, bukan malah berkurang sebagaimana para pemimpin-pemimpin kita saat ini.
Lantas bagaimana dengan para calon Pemimpin kita 2024 nanti?
Sudahkah mereka lulus menjadi rakyat sehingga mereka siap mewakili kita, memimpin daerah bahkan bangsa ini? sudahkah mereka berbuat melakukan perubahan dalam diri mereka masing-masing dan apa yang sudah diberikan kepada lingkungannya selama ini? Tanya Kenapa? Belum terlambat untuk kita bertanya, toh 2024 masih lah lama.
Pemilu 2024, berharap kita mendapatkan para pemimpin, kepala daerah dan wakil rakyat yang jujur dan amanah sebagaimana yang diteladani oleh Baginda Rasulullah SAW. Sesekali dong, kita seluruh rakyat Indonesia perlu berdo’a, misalnya:…. “Ya Allah, “muhammadkan” para pemimpin negeri ini, kepala daerah dan wakil rakyat kami”. Yang saya maksud dengan kalimat “muhammadkan” adalah jiwa dan kepribadian seperti Baginda Rasulullah SAW, Nabi Muhammad atau paling tidak sekian persen ada ruh Nabi Muhammad dalam kepribadiannya. Soal nama, terserah, mau Paijo, Ngatimin, Ngatiyem, Ngatimah, Siti Mil’aqoh, Tukul Arwana, Syahrini, Timbul, Kampret, Pocong, Wak Seno, Kulop dan sebagainya. Tapi kepribadiannya minimal ada yang sedikit mirip dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW bin Abdullah.
Moment Maulid Nabi, hendaknya mampu membuat kita kembali belajar kepada prilaku dan kepemimpinan Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah.
Salam Cinta Rasul! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: