Maulid Nabi & Riuh Politik

Maulid Nabi & Riuh Politik

Ahmadi Sofyan - Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya-babelpos.id-

Oleh: Ahmadi Sopyan - Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya

RASULULLAH SAW adalah sosok yang terlebih dahulu lulus berjuang menjadi rakyat yang hidup dalam kesederhanaan. Menjadi seorang pemimpin karena kepercayaan rakyat oleh kemuliaan akhlaknya. Kala menjadi pemimpin, kesederhanaan dan kemuliaan dirinya semakin bertambah, bukan malah berkurang sebagaimana para gaya hidup pemimpin masa kini. 

Senin, tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awwal, lahir seorang anak manusia dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah yang diberi nama Muhammad bin Abdullah. Sedangkan peringatan kelahirannya oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia adalah bagian dari cara memuliakan dan mengingatkan sejarah kehidupannya. Namun lebih daripada itu adalah bertujuan untuk kembali mengingat sejarah perjuangannya dan perjalanan hidup yang penuh dengan kemuliaan untuk menjadi teladan bagi kita umatnya. Ruh kemuliaan Muhammad setidaknya dapat kita harapkan untuk menempel dalam perjalanan kita mengarungi kehidupan dunia. So, bergembira merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, bukanlah bid’ah seperti yang selalu diungkapkan oleh group WAHABI (Wawasannya Hanya Bid’ah).

Tercatat dalam sejarah peradaban manusia, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok pemimpin yang tidak ada bandingannya. Walaupun bukan seorang muslim, Michael Hart dalam bukunya “100 Tokoh Dunia” menempatkan Nabi Muhammad SAW di urutan teratas, sedangkan Isaac Newton dan Kristus (Isa Al-Masih) berada pada urutan kedua dan ketiga.

Sangatlah wajar, karena sejarah telah menorehkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya pemimpin dunia yang paling sering disebutkan namanya oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini yang berjumlah tidak kurang dari 1 milyar manusia yang nongkrong di muka bumi ini. 

Keberhasilan Muhammad SAW dalam memimpin pun tercatat dalam tinta emas sejarah, karena dalam waktu yang sangat singkat (yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin mana pun di dunia ini) mampu mereformasi total kehidupan masyarakat di zaman itu bahkan dirasakan hingga saat ini. 

Setidaknya ada 4 reformasi total yang sangat sukses dilakukan oleh Rasulullah SAW di era kepemimpinannya yang sangat singkat tersebut, yaitu:

Reformasi sosial, mengubah kehidupan masyarakat yang berpecah belah menjadi masyarakat yang bersatu padu.

Reformasi hukum, mengubah masyarakat yang menganut hukum rimba menjadi hukum syari’at.

Reformasi mental, mengubah gaya hidup masyarakat yang materialistis dan silau terhadap kekuasaan menjadi masyarakat yang sederhana dan tahu diri.

Reformasi akidah, mengubah masyarakat dari jahiliyah menjadi bertauhid kepada Allah SWT.

Dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini yang jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1430 H / Sabtu, 8 Oktober 2022, hendaknya mampu menjadi bahan renungan bagi diri kita masing-masing. Apalagi kita bangsa Indonesia selalu riuh dengan politik kekuasaan dan kepemimpinan yang tak berujung. Gebyar Pemilu, Capres/Cawapres yang masih lama (2024), sekarang sudah bergema dan kita rasakan. Para “pemburu kekuasaan” yang mencalonkan diri untuk berlomba-lomba menjadi wakilnya rakyat pun demikian adanya. Puluhan partai yang menjamur bak cendawan di musim hujan membuat otak saya yang kecil ini mengalami kesulitan menghafal nama-nama partai yang jumlahnya sangatlah banyak. Kran demokrasi dibuka, membuat semua orang berhasrat menjadi kepala. 

Menghadapi hajat “memburu kekuasaan” 2024, berbagai cara dan strategi pun disusun, baik oleh Capres, Caleg maupun yang berhasrat menjadi Kepala/Wakil Kepala Daerah. Bakalan keluar nanti kata-kata heroik nan manis diumbar dari “orang biasa” hingga yang bernada luar biasa cetar membahana dengan menuliskan seabrek nama leluhurnya bahkan titel yang berderet di baliho. 

Nampaknya, moment merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW ini menjadi titik awal bagi kita semua untuk introspeksi diri dalam kehidupan seperti sekarang ini. Kecintaan dan kebanggaan terhadap leluhur sah-sah saja, namun kecintaan dan kebanggaan terhadap Rasulullah SAW adalah sebuah kewajiban yang pada intinya ketika kecintaan itu sudah melekat dalam diri, akan menjadi pegangan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: