Politik “Mak Erot”
Ahmadi Sofyan - Penulis Buku /Pemerhati Sosial Budaya--
Oleh: AHMADI SOFYAN - Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya
PENGELOLA negeri ini seringkali menyembunyikan masalah besar, tapi suka membesar-besarkan sesuatu yang kecil. Padahal urusan membesar-besarkan sesuatu yang kecil adalah urusan Mak Erot, lho.
Sebelumnya saya harus mohon maaf membawa-bawa nama “Mak Erot” ke dalam politik, padahal Mak Erot sama sekali dalam hidupnya bersentuhan dengan dunia politik. Sebab urusan Mak Erot hanyalah mengatasi masalah pria dan “pusaka”-nya. Yakni membesarkan hal yang kecil.
Nah, karena kalimat membesarkan hal yang kecil inilah akhirnya saya membawa-bawa nama Mak Erot ke dalam tulisan kali ini yang bernuansa politik. Sebab di negeri ini, baik itu pejabat, aparat hukum, buzzer hingga nitizen, sangat potensial menjadi “Mak Erot-Mak Ero” masa kini dengan “pembesaran” yang berbeda.
Sebab canggihnya teknologi dan komunikasi, saya yang notabene orang kampung menjadi mudah memantau dan mengikuti perkembangan terkini di berbagai belahan dunia. maka tak salah mungkin kalau saya mengistilahkan: “Selama masih ada sinyal handphone dan kouta internet, dunia ada dalam genggaman jari”. Setiap hari kita bisa memantau berita up to date dan perkembangan semua lini kehidupan terkini. Apalagi kita yang memang aktif di media sosial.
Dari berbagai media dan kejadian, saya melihat negeri ini selalu saja ramai dengan banyak peristiwa. Apakah peristiwa yang terjadi tanpa skenario, dengan skenario atau diawali tanpa skenario namun akhirnya diskenariokan. Apakah peristiwa itu diciptakan atau tercipta, semua bisa diatur.
Masa kecil jadi besar yang besar dilenyapkan. Jangankan masalah kecil yang di “Mak Erot”kan (jadi besar), yang tidak ada masalah saja dimasalah-masalahkan kok. Apa yang tidak bisa dilakukan di negeri ini? Yang penting, “Jangan gampang kagetan” begitu pesan orangtua bijak.
Artinya apapun yang terjadi di negeri ini, gak usah gampang panik, gak usah gampang kagum, takutnya salah ambil sikap, lalu salah pilihan dan akhirnya salah keputusan. Sebab di negeri ini, semua peristiwa menjadi bahan untuk viral.
Bahkan uniknya, tragedi pun bisa menjadi komedi dan sebaliknya komedi bisa jadi tragedi. Sebab, semua peristiwa di negeri ini tidak lepas dari kepentingan harta, tahta dan wanita yang semuanya bermakna bernilai politis.
BBM yang pindah harga, terhapus beritanya oleh kehadiran hacker Bjorka. Presiden bersama Menteri dan BIN konon sampai rapat dadakan. Padahal BBM begitu besar pengaruh buat kehidupan rakyat, sedangkan Bjorka berpengaruh pada kehidupan “gelap” pejabat.
Kasus Kaisar Sambo akan dibuat berbagai skenario sehingga lambat laun akan membuat bosan nitizen. Begitulah seterusnya bakal terjadi berbagai peristiwa ditutupi oleh peristiwa baru. Belum lagi nanti menjelang Pemilu 2024, berbagai skenario pasti tersusun dan tersistematis.
Kriwikan Dadi Grojokan
BEBERAPA waktu lalu, saya hampir 1 bulan berada di Pulau Jawa, maka dalam tulisan kali ini saya menggunakan istilah Jawa, biar sedikit njawani. Dalam Falsafah Jawa saya teringat dengan sebuah kalimat “kriwikan dadi grojokan” yang bermakna masalah yang kecil kerapkali dibesar-besarkan.
Ketika masalah menjadi besar, malah tak mampu diselesaikan dan akhirnya mencari kambing hitam akibat dari permasalahan tersebut dengan argumentum ad hominem (menyalahkan orang lain) yang merupakan logical fallacy (kekeliruan pola pikir), yakni sebuah “penyakit” serius yang melanda jiwa kita di era demokrasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: