Pejabat …….

Pejabat …….

Dalam kepemimpinannya bertopang pada panutan sedangkan seorang pejabat tergantung suka dan tidak suka sang atasannya. 

Orang yang berkarakter pemimpin juga tidak memerlukan atribut, sedangkan pejabat adalah orang yang memimpin dengan atribut serta tetek bengek lainnya. 

Pejabat Dikira Pemimpin

HIRUK PIKUK politik akhir-akhir ini menjadi cermin bagi kita semua, bahwa demokrasi yang terlalu liar kerapkali melahirkan manusia-manusia yang sibuk mendapatkan kursi tapi minim dalam prestasi. 

Tanpa mengukur kemampuan diri yang dalam istilah orang Bangka “dak ngukor bajuk di badan” namun syahwat menjadi pejabat terlalu besar untuk dibendung. 

Bangga duduk terdepan dalam setiap kegiatan, tapi diminta bicara saja tak mampu apalagi menelorkan konsep (ide brilian) dan mengaplikasikan konsep tersebut dalam kerja nyata. 

Akhirnya yang terjadi kita krisis kepemimpinan, baik ditingkat lokal maupun di skala nasional. Karena pada kenyataan hari ini, orang-orang yang kita sebut pemimpin ternyata hanyalah sekedar pejabat bahkan dalam politik sekarang dikenal sebagai Petugas Partai. 

Ini membuktikan bahwa seorang yang seharusnya kita sebut sebagai pemimpin sekaliber Presiden saja hanyalah petugas partai yang harus tunduk, merunduk, meringkuk, bahkan kalau perlu sembah sujud kepada Ketua Umum Partai dimana ia dulu berada atau diusung. 

Hal ini hanya terjadi di negeri burung Garuda Pancasila bukan di negeri Burung Emprit. 

Orang yang seharusnya kita percaya sebagai pemimpin nyatanya hanya sekelas pejabat yang tidak memiliki kedaulatan pribadi, sehingga muncul pertanyaan ringan, bagaimana ia harus menjaga kedaulatan negeri jika kedaulatan pribadi saja ia tak punya. 

Selain itu, di berbagai daerah, termasuk daerah kita Bangka Belitung, kebodohan banyak pejabat di negeri ini adalah selain tidak mengukur kemampuan diri, yakni tidak mau belajar dan merasa mampu. 

Ingat, kita bisa hebat ditempat lain, tapi ditempat daerah kelahiran belum tentu kita hebat. Harusnya, tempat dimana kita dipercaya atau diamanahi untuk memimpin, jangan merasa paling bisa, bahkan harus dari ketidakbisaan dengan cara belajar kepada yang tahu soal daerah. 

Bukan langsung membuat keputusan-keputusan konyol dan akhirnya ditertawakan. 

Sebab seorang pejabat yang merasa pemimpin umumnya gampang berbangga diri ketika melakukan sesuatu yang sebenarnya hanya sekedar simbolis atau formalitas semata. Padahal ketika menjadi pejabat, seharusnya masa berbangga diri dan pencitraan itu sudah selesai.  

Beberapa tahun terakhir ini di daerah kita Bangka Belitung misalnya, sampai hari ini kita belum merasakan banyak hal yang diperbuat oleh para pejabat yang menyebut dirinya pemimpin di negeri ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: