Kasus Stunting di Bangka Selatan Meningkat
*Dari 8 Desa jadi 14 Desa -- TOBOALI - Empat belas desa dari 50 desa di Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Bangka Belitung (Babel) mengalami kasus stunting, yakni masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Empat belas desa itu di antaranya Desa Serdang, Jelutung II, Gudang, Sebagin, Tepus, Sidoharjo, Celagen, Payung, Rias, Ranggung, Paku, Tanjung Sangkar, Tanjung Labu dan Desa Penutuk. Hal ini disampaikan Bupati Basel, Riza Herdavid pada saat membuka kegiatan peningkatan kapasitas pengelola Proyek Prioritas Nasional (PRO-PN) Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), Selasa (18/5/2021) siang di Balai Daerah Parit Tiga Toboali. Riza menjelaskan, pada tahun 2020 terdapat 8 desa di kabupaten setempat yang mengalami kasus stunting, yakni Desa Serdang, Jelutung II, Gudang, Sebagin, Tepus, Sidoharjo, Celagen dan Payung. Pada tahun 2021 mengalami peningkatan kasus stunting disusul oleh 6 desa yaitu Desa Rias, Ranggung, Paku, Tanjung Sangkar, Tanjung Labu dan Desa Penutuk. \"Ini tugas kita bersama dalam menekan jumlah kasus stunting dengan cara melakukan kerja sama lintas sektor dan mitra kerja, baik yang di kantor maupun dilapangan adalah merupakan salah satu upaya kita dalam mencegah adanya penambahan kasus stunting,\" kata Riza sapaan akrab Bupati Basel. Dijelaskan Riza, stunting merupakan kondisi kronis buruknya pertumbuhan seorang anak yang merupakan akumulasi dampak berbagai faktor, seperti buruknya gizi dan kesehatan sebelum dan setelah kelahiran tersebut. \"Stunting adalah ukuran yang tepat untuk mengindentifikasikan terjadinya kurang gizi jangka panjang pada anak-anak,\" ujar Riza. Menurutnya, balita dikatakan stunting atau kerdil apabila hasil pengukuran panjang badan atau tinggi badan menurut umur menunjukkan angka dibawah minus dua standar deviasi. \"Data word bank ranking pada kasus balita yang mengalami stunting urutan pertama yaitu pada negara India sebanyak 48,2 juta atau 39 persen balita, kedua Pakistan 10 juta atau 45 persen balita, ketiga Nigeria 10,0 juta atau 33 persen balita dan peringkat keempat Indonesia 8,8 juta atau 36 persen balita. Sedangkan 2 berdasarkan riset kesehatan dasar melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi stunting balita dari 35,6 persen menjadi 37,2 persen dan mengalami penurunan menjadi 18,5 persen,\" jelas Riza. Riza mengajak para kader Keluarga Berencana (KB) dan penyuluh KB untuk tetap semangat turun kelapangan, dalam rangka mencegah adanya penambahan kasus stunting. \"Semoga upaya kita dalam pencegahan stunting di Kabupaten Bangka Selatan mendapatkan hasil sesuai dengan yang kita harapkan,\" tutur Riza. (tom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: