Lewat FGD, FKPT Babel Mereduksi Sikap Intoleran dan Paham Radikalisme

Lewat FGD, FKPT  Babel Mereduksi Sikap Intoleran dan Paham Radikalisme

PANGKALPINANG - Mencegah berkembangnya faham radikalisme di Bangka Belitung (Babel) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama dengan Polda Kepulauan Bangka Belitung menggelar Focus Group Discussion dengan tema \"Upaya Mereduksi Sikap Intoleran dan Paham Radikalisme Guna Mencegah Tindakan Kekerasan dan Terorisme di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung\", yang dibuka Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Akhmad Nurwakhid.

Kegiatan yang dilaksanakan secara offline di Fox Harris Pangkalpinang dan online melalui live zoom metting dan live YouTube, Kamis (17/03/2022) diikuti unsur Forkopimda , Forum Kerukunan Umat Beragama, Forum Pembauran Kebangsaan, perwakilan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Perwakilan Pondok Pesantren, Perwakilan SMA/SMK sederajat, Perwakilan Perguruan Tinggi, Tokoh Agama, Perwakilan ORMAS serta Media.

Tampil sebagai narasumber adalah eks Napiter Nasir Abbas dan Ketua MUI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dr. H. Zayadi.

Ketua FKPT Babel, Sri Wahyuni menyampaikan bahwa, upaya penanggulangan sikap intoleran, radikalisme dan hilirnya adalah terorisme harus dibangun dengan kekuatan bersama dengan konsep penanggulangan yang bersifat pentahelix yaitu penggabungan semua elemen seperti pemerintah, komunitas, pengusaha, pendidikan dan media. Semua harus berkolaborasi menghadapi radikalisme dan terorisme.

\"Ini bisa kita dengan memperkuat wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional,\" tegasnya.

Ketua MUI Babel mengingatkan cara pandang sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama.

\"Ajaran agama melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berdasarkan prinsip adil, berimbang dan mentaati konstitusi sebagai kesepakatan bersama,\" jelasnya.

Sementara itu, eks Napiter Nasir Abbas dalam paparannya menyampaikan beberapa hal tentang orang-orang yang berpotensi direkrut serta hal-hal yang menyebabkan seseorang terpapar radikalisme terorisme. Semua itu diawali dengan gagal paham, merasa dirinya paling benar, intoleran perilaku atau tindakan yang menyebabkan konflik horizontal.

\"Radikalisme paham, aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis yang menyebabkan konflik vertikal, serta yang terakhir adalah terorisme perilaku atau tindakan penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan,\" jelasnya.

\"Hal yang harus kita ingat dan terapkan antara lain respon dari dalam diri dengan selalu bertanya kepada diri sendiri bagaimana jika hal tersebut terjadi pada diri atau keluarga sendiri, apakah tindakan tersebut sudah benar menurut ajaran agama dan kemanusiaan, serta apakah sudah sesuai dengan konsep Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila,\" ingatnya. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: