Menggiring Dadu Ekonomi Kreatif Indonesia

Menggiring Dadu Ekonomi Kreatif Indonesia

Ilustrasi permainan ular tangga. --Foto: Ant

Tetapi permainan harus terus berlanjut. Ekraf tidak bisa hanya bergantung pada satu kali lemparan dadu. Yang dibutuhkan adalah strategi, kerja sama, dan keberanian menghadapi risiko.

Jika Kemenekraf bisa membuktikan setiap rupiah tambahan dipakai membangun tangga nyata bagi rakyat, mereka bukan hanya memenangkan kepercayaan DPR, tapi juga hati masyarakat. Visi ekraf sebagai “mesin baru pertumbuhan ekonomi” pun bisa terasa lebih realistis.

BACA JUGA:Perubahan Distribusi Pupuk Subsidi

BACA JUGA:Menteri ATR dan Kemen PU Sepakat Harmonisasi Aturan Sempadan Sungai

Menghindari kepala ular

Langkah cerdas Kemenekraf terlihat dalam rencana program mereka. Misalnya, Pemberdayaan Desa Kreatif dirancang agar potensi budaya dan alam desa bisa diolah jadi produk unggulan.

Program Industri Kriya dan Kuliner untuk UMKM pun disiapkan, mulai dari pelatihan menenun hingga olahan pangan lokal. Dukungan akses ke e-commerce akan membuka pasar yang lebih luas bagi produk-produk itu.

Tak berhenti di situ, ada pula strategi pembiayaan. Kekayaan Intelektual (KI) akan didorong sebagai agunan kredit, sesuai aturan pemerintah.

Bagi pelaku ekraf kecil, ini bisa jadi tangga penting untuk mengakses modal yang selama ini sulit digapai. Selain itu, program Sekolah Rakyat Kreatif dan Koperasi Merah Putih berbasis Ekraf ditargetkan menjadi inkubator keterampilan dan usaha, terutama bagi kelompok miskin serta UMKM yang baru merintis.

Semua ini adalah jawaban atas kritik. Anggaran besar tidak cukup kalau tidak menyentuh akar masalah. Karena itu, Kemenekraf merancang program yang menukik langsung ke masyarakat. Kritik dijadikan bahan koreksi, bukan sekadar dianggap serangan.

Ekonom dunia John Howkins, yang memperkenalkan konsep creative economy, mengatakan bahwa “kreativitas adalah sumber daya yang tak terbatas; semakin sering digunakan, semakin besar nilainya.”

Pandangan ini sejalan dengan strategi Kemenekraf: membangun tangga kecil di berbagai daerah agar kreativitas rakyat bisa naik kelas dan bernilai ekonomi.

Pada akhirnya, masa depan ekraf Indonesia bukan hanya soal angka-angka atau besaran anggaran, tetapi soal langkah demi langkah.

Apakah setiap langkah membawa kita naik tangga, atau justru tergelincir ke ular. Tantangan selalu ada, tetapi harapan juga terbuka lebar.

Kemenangan dalam permainan ini bukan milik Kemenekraf seorang diri. Kemenangan sejati adalah milik seluruh rakyat Indonesia ketika ekonomi kreatif berhasil membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan membawa kesejahteraan nyata.

Seperti dalam permainan ular tangga, yang menang bukan hanya yang beruntung, melainkan yang sabar, bijak, dan konsisten melangkah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: