Transformasi Ekonomi Bangka Belitung

Jumat 07-02-2025,08:18 WIB
Reporter : Arief Setyowidodo
Editor : Jal

Oleh Arief Setyowidodo

Ekonom Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kep. Bangka Belitung

___________________________________________

Perekonomian Bangka Belitung masih menghadapi tantangan besar. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun 2024 sebesar 0,77 persen, sekaligus menjadi yang terendah dalam lebih dari 10 tahun terakhir (diluar periode Covid-19). Permasalahan tata niaga timah yang terus bergulir, disinyalir menjadi penyebab utama rapor merah tersebut. Hal ini terkonfirmasi dari kinerja Lapangan Usaha (LU) Pertambangan Penggalian dan Industri Pengolahan yang masing-masing terkontraksi 4,00 persen dan 3,93 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang melambat, sebenarnya telah diperkirakan sebelumnya. Betapa tidak, timah telah menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat Bangka Belitung. BPS mencatat sebanyak 117 ribu tenaga kerja atau 15,30 persen dari total tenaga kerja Bangka Belitung, menggantungkan hidupnya dari komoditas timah. Praktis saat LU utama masyarakat terganggu, maka ekonomi secara keseluruhan akan terbelenggu. 

Guna merespon tantangan tersebut, transformasi ekonomi dapat menjadi solusi. Berbagai langkah mendorong sumber perekonomian baru menjadi strategis sebagai penyeimbang lemahnya kinerja LU Pertambangan Penggalian. Sumber pertumbuhan ekonomi baru tersebut juga perlu difokuskan kepada sektor terbarukan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

BACA JUGA:Memahami Langkah Kebijakan Bank Indonesia Menyesuaikan BI Rate Menjadi 5,75%

BACA JUGA:MENYAMBUT PROGRAM MAKAN SIANG BERGIZI DAN PELUANG TRANSFORMASI EKONOMI DI BANGKA BELITUNG

Salah satu sektor yang berpotensi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung adalah LU Pertanian, Perkebunan dan Perikanan. BPS mencatat, kinerja LU Pertanian, Perkebunan dan Perikanan pada tahun 2024 tumbuh 3,13 persen, sekaligus menjadi sumber pertumbuhan LU tertinggi disepanjang tahun 2024. Bahkan, produk pertanian Bangka Belitung juga semakin diminati pasar internasional, sejalan dengan kinerja ekspor komoditas pertanian pada 2024 senilai 60 juta USD atau tumbuh 33,83 persen. 

Transformasi ekonomi Bangka Belitung yang mengedepankan LU Pertanian, Perkebunan, Perikanan sebagai motor pertumbuhan yang berkelanjutan, dapat dilakukan dengan beberapa cara. 

Pertama, penguatan hilirisasi LU Pertanian, Perkebunan, Perikanan. Hilirisasi dimaksudkan sebagai amunisi untuk meningkatkan nilai tambah produk, sehingga berdampak lebih luas terhadap perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Beberapa komoditas unggulan seperti kelapa sawit, karet, lada, perikanan tangkap hingga budidaya, memiliki potensi besar untuk dilakukan hilirisasi yang lebih masif. Dorongan investasi pabrik CPO dan produk turunan lainnya hingga pabrik olahan pengalengan ikan perlu menjadi prioritas melalui strategi promosi investasi yang tepat. 

Kedua, dukungan sisi pembiayaan perbankan kepada sektor prioritas. Bank Indonesia melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), tengah mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas, termasuk pembiayaan inklusi dan hijau. Dari beberapa sektor prioritas KLM, sektor pertanian termasuk dalam salah satu diantaranya. Implementasi KLM terbukti efektif dalam mendorong kredit atau pembiayaan sektor pertanian di Bangka Belitung. Pada 2024, kredit ke sektor tersebut tersalur sebesar Rp3,4 triliun atau tumbuh 43,38 persen, berada dalam tren meningkat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 12,28 persen. Ke depan, KLM akan terus berlanjut dan semakin diperkuat kepada sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan. 

Ketiga, perluasan implementasi teknologi pertanian. Bank Indonesia bersinergi dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota secara aktif mendorong perluasan implementasi teknologi pertanian. Hal ini penting dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi pertanian perikanan di Bangka Belitung. Salah satu proyek percontohannya berupa teknologi pemberi pakan otomatis (eFeeder) kolam ikan patin dan nila yang terletak di Pokdakan Bina Lestari, Desa Pinang Sebatang, Kab. Bangka Tengah. Dengan teknologi tersebut, tercipta efisiensi penggunaan pakan sebesar 5-18 persen, dengan Food Conversion Ratio (FCR) ikan patin dan ikan nila sebesar 1,42 dan 1,30. Hasil tersebut turut mendukung peningkatan omset budidaya ikan patin dan nila sebesar 5-31 persen. 

Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi, Kabupaten Kota dan seluruh pemangku kepentingan terkait lainnya, akan semakin memperkuat sinergi dan kolaborasi guna menjaga stabilitas serta mendorong transformasi ekonomi Bangka Belitung yang berkelanjutan. 

BACA JUGA:Prof. Bambang Hero, Pahlawan Lingkungan atau Pelanggar Hukum?

Kategori :