Selain itu, perusahaan dapat merancang strategi pemasaran yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang konsumen. Dengan menekankan pentingnya konsumsi yang bijaksana, brand dapat membangun citra positif sebagai pihak yang peduli terhadap kesejahteraan konsumen, bukan hanya sekadar mengejar keuntungan.
BACA JUGA:Pemanfaatan IPAH Sebagai Solusi Kekurangan Air Bersih di Desa Saing
BACA JUGA:DEMOKRASI SERUMPUN SEBALAI
Fenomena doom spending di kalangan milenial dan Gen-Z di Indonesia memberikan gambaran yang menarik dari kacamata marketing. Di satu sisi, perilaku konsumsi impulsif ini dapat meningkatkan penjualan dan memperkuat sektor ritel serta e-commerce. Namun, di sisi lain, perilaku ini juga menimbulkan risiko jangka panjang bagi stabilitas keuangan individu dan perekonomian secara keseluruhan. Dari perspektif marketing, fenomena ini harus dilihat dengan bijak. Kampanye pemasaran yang mendorong konsumsi impulsif mungkin memberikan keuntungan sementara, tetapi pelaku usaha perlu memikirkan dampak jangka panjang terhadap konsumen.
Dengan memanfaatkan momentum doom spending untuk mempromosikan literasi keuangan dan konsumsi yang bijaksana, perusahaan dapat berperan dalam menciptakan generasi milenial dan Gen-Z yang lebih stabil secara finansial. Pada akhirnya, keseimbangan antara dorongan konsumsi dan tanggung jawab sosial akan memberikan keuntungan jangka panjang, baik bagi konsumen maupun pelaku usaha.
BACA JUGA:Hilangnya Rasa Keadilan
BACA JUGA:POLITISI LELUCON, KOMEDIAN POLITISI